Saya yakin Ma’had Aly akan menapaki kejayaannya ketika ia mampu beradaptasi dengan dinamika peraturan perundang-undangan yang ada
Jakarta (ANTARA) -
Kementerian Agama menggelar forum pertemuan pemimpin lembaga pendidikan tinggi pesantren atau Mudir Ma’had Aly di Surabaya, 25-27 Januari 2024, membahas rekognisi lulusan, kurikulum, digitalisasi, hingga rencana pengaplikasian kitab kuning digital.
 
"Saya yakin Ma’had Aly akan menapaki kejayaannya ketika ia mampu beradaptasi dengan dinamika peraturan perundang-undangan yang ada," ujar Dirjen Pendidikan Islam Kemenag M. Ali Ramdhani dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Kemenag rilis aplikasi Pegon Virtual Keyboard di HAB ke-78
 
Dhani menyatakan, lembaga pendidikan pesantren, termasuk Ma’had Aly, telah melahirkan ulama-ulama besar. Para alumni pesantren telah berkiprah di banyak sektor, baik formal maupun non-formal.
 
Namun, kata dia, masih ada beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan berkaitan dengan lulusan lembaga pendidikan pesantren, yaitu rekognisi atau pengakuan.
 
"Atas dasar itu, Kemenag terus berupaya untuk mendorong rekognisi alumni pesantren. Salah satunya memberikan fasilitasi kepada para santri melalui Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB)," katanya.
 
Saat ini, alumni pendidikan diniyah formal (PDF), melalui skema PBSB bisa kuliah di perguruan tinggi negeri. Mereka juga dapat mengambil jurusan seperti ilmu kedokteran, akuntansi, dan hubungan internasional.

Baca juga: PBNU: Lomba mengajar kitab kuning dorong inovasi pembelajaran
 
Meski demikian, Dhani menyadari bahwa pekerjaan rumah rekognisi tersebut belum selesai. Ia mengaku pernah mendapat cerita dari alumni Marhalah Tsaniah Ma’had Aly (setara S2) yang terkendala ketika hendak melanjutkan S3.
 
"Ketika dia mau daftar S3 di kampus umum menggunakan ijazah Ma’had Aly, pihak kampus tidak tahu. Begitu ditanya akreditasi dan disodorkan hasil akreditasi Ma’had Aly yang hasilnya mumtaz alias unggul, mereka juga tidak tahu," katanya.
 
Ia mengajak seluruh pimpinan untuk terus meningkatkan kualitas Ma’had Aly. Sebagai bagian dari subsistem pendidikan nasional, Dhani berharap ke depan Ma’had Aly sudah siap diakreditasi oleh lembaga seperti Lamgama (Lembaga Akreditasi Mandiri Sains Alam dan Ilmu Formal).
 
"Akreditasi dari Majelis Masyayikh dengan hasil mumtaz (A), jayyid (B), dan maqbul (C) seperti yang selama ini dijalani harus dilanjutkan, tetapi sebagai pelengkap perlu ditambah dengan akreditasi dari lembaga semacam Lamsama," katanya.
 
Dengan demikian, Ma’had Aly yang memperoleh akreditasi mumtaz dari Majelis Masyayikh juga mendapatkan predikat unggul dari Lembaga Akreditasi Mandiri. Hal ini merupakan salah satu bentuk adaptasi Ma’had Aly.

Baca juga: Kemenag siapkan total hadiah Rp2,7 miliar ntuk santri juara MQKN

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024