Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyebutkan sebanyak 504 kabupaten/kota di Indonesia saat ini telah mengimplementasikan Merdeka Belajar Episode Ke-24 mengenai transisi PAUD ke SD/MI/sederajat yang menyenangkan.

“Kita menyebarkan surat edaran terkait gerakan ini dan telah diimplementasikan oleh lebih dari 504 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah Kemendikbudristek Iwan Syahril dalam Sosialisasi Penguatan Implementasi Transisi PAUD ke SD 2024 di Jakarta, Selasa.

Iwan menuturkan salah satu program Merdeka Belajar ini merupakan bentuk dari transformasi pendidikan yang sangat penting terutama untuk membangun fondasi kokoh bagi anak-anak usia dini dalam mempersiapkan masa depan cerah.

Ia menjelaskan masa transisi dari PAUD ke SD atau MI merupakan momen penting bagi perkembangan anak-anak sehingga perlu dipastikan bahwa proses pendidikan yang ditempuh oleh mereka berjalan dengan baik dan menyenangkan.

Pemerintah sendiri mendorong implementasi kebijakan Transisi dari PAUD ke SD yang Menyenangkan ini sejak 2023 seperti melalui rangkaian rapat koordinasi bersama dinas, pembinaan teknis bagi Pokja Bunda PAUD, hingga mengajak berbagai mitra.

Baca juga: Mendikbudristek: Bantuan PIP 2024 untuk SMA dan SMK naik

Baca juga: Nadiem sebut 26 episode Merdeka Belajar wujud majukan pendidikan RI


Kebijakan itu memiliki tiga target yaitu menghilangkan tes calistung saat penerimaan siswa baru, menerapkan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), serta satuan PAUD dan SD menerapkan sistem pembelajaran yang menyenangkan untuk membangun kemampuan fondasi.

Menurut Iwan, tiga target tersebut dirumuskan untuk meluruskan kesalahpahaman tentang kemampuan calistung yang sering dianggap sebagai satu-satunya kemampuan yang perlu dipupuk pada anak usia ini.

“Padahal itu bukan seperti itu, justru harus holistik, harus kemampuan fondasi. Ada enam kemampuan fondasi,” katanya.

Ada enam kemampuan fondasi pada anak usia dini yang ingin dibentuk melalui kebijakan ini yaitu mengenal nilai agama dan budi pekerti, keterampilan sosial dan bahasa untuk berinteraksi, serta kematangan emosi untuk berkegiatan di lingkungan belajar.

Kemudian, kematangan kognitif untuk melakukan kegiatan belajar, pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri untuk berpartisipasi di lingkungan belajar secara mandiri, serta pemaknaan belajar yang menyenangkan dan positif.

“Target-target ini juga mengingatkan pada kita bahwa anak itu memiliki laju perkembangan dan kesempatan belajar yang beragam,” katanya.

Baca juga: Mendikbudristek: Bantuan PIP 2024 untuk SMA dan SMK naik

 

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024