Jayapura (ANTARA) - Akademisi di Provinsi Papua mengajak anak muda khususnya pemilih pemula di daerah itu untuk menggunakan hak suaranya pada penyelenggaraan Pemilu 2024 secara bertanggungjawab.

Akademisi Universitas Otto Geisler Jayapura Jeni Karay di Jayapura, Selasa, mengatakan pemilih pemula diharapkan tidak terlalu fanatik terhadap satu pasangan calon atau partai politik, artinya boleh memilih siapapun tetapi jangan sampai merasa yang paling benar.

"Itu sudah salah sebab dalam demokrasi itu kamu bersuara, saya bersuara, semua benar dan yang terpenting juga ialah siapapun yang nanti terpilih situasi di Papua harus damai," katanya.

Menurut Jeni, pemilih pemula juga harus bisa mencari tahu informasi dari berbagai sumber terkait dengan tahapan pemilu seperti pemberitaan yang memang bersumber dari media yang sudah kredibel dan terpercaya seperti misalnya LKBN ANTARA.

Baca juga: KPU yakin pemungutan suara di daerah rawan konflik dapat terkendali

Baca juga: Diskominfo Biak pastikan koneksi internet 19 distrik saat Pemilu


"Sehingga apa yang dibagikan, diunggah atau di posting dalam sosial media itu bisa dipertanggungjawabkan," ujarnya.

Dia menjelaskan pihaknya senantiasa memberikan edukasi kepada pemilih pemula dengan cara mendidik anak-anak yang ada sekeliling untuk tidak asal memilih.

"Pemilih pemula harus melihat rekam jejak setiap pasangan calon, bukan hanya melihat kontennya saja yang menarik sehingga diharapkan tidak asal memilih," katanya lagi.

Hal senada juga disampaikan Koordinasi Advokasi SKPKC Fransiska Yuliana yang mengatakan pemilih pemula seharusnya lebih cerdas apalagi di era digitalisasi di mana kaum muda sudah memiliki media sosial masing-masing.

"Untuk itu kami mengimbau agar semua pemilih pemula dapat memanfaatkan media sosialnya itu untuk mencari tahu rekam jejak dari semua pasangan calon peserta pemilu," katanya.

Menurut Yuliana, dengan mengetahui rekam jejak dari masing-masing calon baik presiden dan wakil presiden maupun anggota legislatif maka pemilih pemula sudah bisa menentukan masa depan bangsa.

"Sehingga itu akan berdampak tidak hanya pada situasi Papua menjadi lebih aman, tetapi juga di Indonesia," ujarnya.

Dia menjelaskan bahkan pemilih pemula juga dapat memanfaatkan media sosial yang ada untuk membuat konten kreatif guna mempertanyakan visi misi setiap pasangan calon.

"Karena kami memerlukan generasi muda yang sangat kritis dan diharapkan siapapun yang akan terpilih menjadi presiden bisa melihat permasalahan di Papua terutama terkait Hak Asasi manusia (HAM)," katanya.

Sementara itu, Kepala Perum LKBN Antara Biro Provinsi Papua Hendrina Dian Kandipi mengatakan peran media sangat diperlukan untuk meredam informasi tidak benar (hoaks) yang beredar menjelang Pemilu 2024 di Bumi Cenderawasih.

"Media juga harus memposisikan diri dan netral serta tidak memihak kepada salah satu partai politik atau pasangan calon peserta pemilu," katanya.

Dia menambahkan pihaknya senantiasa mengajak semua pemilih pemula di daerah tersebut agar menggunakan hak politik secara bertanggung jawab saat pencoblosan 14 Februari 2024.*

Baca juga: Ketua KPU: Biaya kirim logistik pemilu di Papua Rp150 juta per TPS

Baca juga: Kepala Suku Arfak imbau masyarakat Papua Barat jaga kamtibmas pemilu

Pewarta: Ardiles Leloltery
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024