Baghdad (ANTARA News) - Pusat komando keamanan Baghdad hari Kamis mulai melarang separuh lalu-lintas kendaraan di jalan-jalan di ibu kota Irak tersebut dalam upaya mengendalikan serangan-serangan bom mobil.

Langkah itu diambil beberapa hari setelah selusin serangan bom mobil dengan sasaran daerah-daerah Syiah di Baghdad menewaskan 50 orang, lapor AFP.

Kebijakan itu juga merupakan taktik yang pernah diberlakukan pada 2005 ketika kekerasan meningkat menjelang perang sektarian terburuk di Irak.

Aturan itu mulai diterapkan pada Sabtu dan akan diberlakukan sampai pemberitahuan lebih lanjut. Dalam aturan itu, mobil dengan nomor akhir ganjil diizinkan berada di jalan pada hari ini, dan hari berikutnya mobil dengan nomor akhir genap, dan seterusnya.

"Itu dilakukan karena alasan keamanan," kata seorang polisi senior lalu-lintas kepada AFP.

"Komando Operasi Baghdad ingin memeriksa semua mobil (di kota) dan itu akan menimbulkan antrean besar di pos-pos pemeriksaan, maka dengan cara ini, kerumunan akan berkurang," katanya.

"Diharapkan itu tidak akan berlangsung lama," tambah polisi yang tidak bersedia disebutkan namanya itu.

Terakhir kali diterapkan, aturan itu berlangsung selama enam tahun. Kendaraan-kendaraan pemerintah, taksi, truk dan mobil milik wartawan terakreditasi, pengacara serta dokter dikecualikan pada saat itu.

Taksi, truk dan kendaraan tertentu pemerintah juga akan dikecualikan dalam penerapan aturan terakhir saat ini, namun belum jelas apakah ada pengecualian lebih lanjut.

Aturan baru itu diberlakukan sebagai bagian dari upaya mengendalikan kekerasan yang semakin memburuk di Irak.

Serangan-serangan di Irak meningkat tahun ini, khususnya sejak operasi keamanan 23 April di sebuah lokasi protes Arab Sunni anti-pemerintah yang menyulut bentrokan-bentrokan yang menewaskan puluhan orang.

Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Agustus, yang telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak.

Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.

Jumlah kematian akibat serangan-serangan di Irak melampaui 3.900 orang sejak awal tahun ini.

Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.

Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013