Semua pasangan usia subur diharapkan dapat melakukan perencanaan kehamilan
Jakarta (ANTARA) - Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Nida Rahmawati menyatakan bahwa perencanaan kehamilan penting untuk dilakukan oleh pasangan usia subur sejak dini.

"Semua pasangan usia subur diharapkan dapat melakukan perencanaan kehamilan agar dapat melahirkan generasi penerus yang sehat," kata Nida dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.

Ia mengungkap, angka kematian ibu dan bayi di Indonesia saat ini masih tinggi karena sejumlah faktor antara lain banyaknya ibu hamil yang berada pada kondisi berisiko karena tidak melakukan perencanaan kehamilan yang baik. 

Nida menjelaskan, Indonesia saat ini masih menghadapi banyak tantangan dalam upaya pelayanan kesehatan dan pemenuhan hak-hak reproduksi, dimana angka kematian ibu (AKI) berdasarkan long form sensus penduduk tahun 2020-2021 masih tinggi, yakni 189 per 100.000 kelahiran hidup,.

Demikian juga angka kematian bayi (AKB) masih tinggi yaitu 16,5 per 1.000 kelahiran hidup dan masih tingginya angka stunting yakni 21,6 persen.

Baca juga: Kementerian Kesehatan tekankan pentingnya perencanaan kehamilan
Baca juga: BKKBN: Banyak keluarga alami kehamilan yang tak direncanakan


Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya merencanakan kehamilan, utamanya pada pasangan usia subur dan pekerja di usia reproduksi.

"Kita kalau mau membeli dan memiliki suatu barang saja direncanakan, pasti dipilih yang terbaik yang sesuai dengan harapan kita, apalagi memiliki anak, yang akan menjadi generasi penerus tentu harus direncanakan," ujar dia.

Menurutnya, saat ini masih banyak status ibu dengan gizi kurang, kehamilan tidak diinginkan, menderita penyakit menular seperti tuberkulosis, HIV, sifilis, malaria, tekanan darah tinggi atau hipertensi, diabetes, dan obesitas.

"Hal tersebut diperparah dengan semakin tingginya kebiasaan malas bergerak atau mager, inaktivitas atau kurang olahraga, mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat, gula, dan lain sebagainya," ucapnya.

Baca juga: Kemenkes fokus tingkatkan KB pascapersalinan turunkan stunting dan AKI
Baca juga: Wamenkes: Posyandu akan jadi ujung tombak penurunan AKI dan AKB


Ia juga memaparkan masih banyaknya perempuan yang mengalami empat terlalu (4T), yakni terlalu dini menikah (di bawah 20 tahun), terlalu tua masa kehamilan (di atas 35 tahun), terlalu banyak anak (lebih dari dua), serta terlalu dekat jarak kehamilan (dari anak pertama kurang dari dua tahun).

Untuk itu, ia menegaskan pentingnya pasangan untuk segera menggunakan kontrasepsi atau KB pascapersalinan setelah kelahiran anak pertama.

"KB pascapersalinan, menggunakan kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan setelah melahirkan harus segera ditingkatkan, karena upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak ini harus dilaksanakan secara komprehensif dan mencakup seluruh siklus kehidupan," tuturnya.

Ia juga mengemukakan, intervensi kesehatan ini tidak dapat dilakukan hanya pada kelompok ibu hamil dan anak saja, melainkan jauh sebelumnya, mulai dari calon pengantin, wanita pekerja usia subur, hingga pasangan usia subur sudah harus melakukan persiapan-persiapan untuk dirinya sendiri.

Baca juga: Lewat GenRe, BKKBN tepis anggapan menikah dini lebih baik dari zina
Baca juga: Jambore Ajang Kreativitas Nasional Genre cetak SDM berkualitas


 

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024