Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis kandungan dengan sub-spesialisasi fertilitas menganjurkan pasangan yang merencanakan kehamilan untuk menjalani konseling prakonsepsi dan pemeriksaan organ reproduksi. 

"Sebetulnya ada yang kita kenal sebagai konseling pra-konsepsi. Jadi betul sekali, sebelum menikah itu pasangan sudah harus berkonsultasi dan memeriksakan diri," kata dr. Steven Aristida, Sp.OG, Subsp. KFER dalam sesi tanya jawab yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.

Dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan di Jakarta itu menyampaikan, pemeriksaan pada pria umumnya mencakup pemeriksaan darah untuk mengetahui kemungkinan ada kelainan genetik dan penyakit menular serta pemeriksaan sperma.

Pemeriksaan sperma, ia melanjutkan, dilakukan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas sperma, termasuk bentuk serta kecepatan pergerakannya.

"Kalau spermanya hanya diam saja, itu tidak berguna, karena dia harus menjemput sel telur dengan cepat. Kalau dianalogikan seperti ada perempuan cantik yang diperebutkan banyak laki-laki, itu yang paling gercep yang dipilih," kata konsultan fertilitas itu.

Pemeriksaan pada perempuan lebih kompleks. Menurut Steven, dokter kandungan antara lain akan memeriksa kondisi organ reproduksi termasuk rahim dan indung telur pada perempuan.

"Memang kita tidak perlu seagresif sampai harus pemeriksaan saluran telur, kecuali ada indikasi," katanya.

"Lalu kita juga mesti mengingat perempuan harus periksa darah di laboratorium, untuk mengetahui adanya tanda HIV dan sebagainya karena memang seringkali gangguan kesuburan disebabkan oleh infeksi itu," ia menambahkan.

Baca juga: Perencanaan kehamilan penting bagi pasangan usia subur
Baca juga: Persiapkan kehamilan dengan baik agar bayi tidak lahir prematur


Steven menyampaikan bahwa kesulitan hamil secara alami bukan hanya disebabkan oleh infeksi atau masalah pada organ reproduksi pria atau perempuan.

Menurut dia, pola hidup yang dijalankan pasangan juga berpengaruh pada kondisi kesuburan.

Ia mencontohkan, waktu tidur yang berantakan, pola makan yang tidak baik, dan jarang berolahraga bisa menyebabkan berat badan naik dan kondisi obesitas bisa berdampak buruk pada kesuburan.

Kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol, ia melanjutkan, juga berdampak pada kesuburan.

Selain itu, menurut dia, ada juga faktor genetik yang mempengaruhi kesuburan.

"Kalau misalnya masuk ke dalam genetik memang ada penyakit-penyakit tertentu yang akhirnya menyebabkan contohnya gangguan pada sperma. Umumnya pada laki-laki itu bisa terjadi, lalu juga kalau misalnya pada perempuan itu gangguan-gangguan seperti gangguan kromosom atau gangguan genetik lain yang bisa bermasalah," ia menjelaskan.

Dia juga menyampaikan bahwa gangguan pada saluran telur yang menyebabkan sperma tidak bisa lewat dapat terjadi pada perempuan.

"Bisa jadi ada gangguan kesuburan atau ada riwayat dan keluhan keputihan berulang, itu bisa jadi gangguan saluran telur dan tidak bisa dilewati sperma. Faktor itu juga yang ke depannya meningkatkan potensi tumbuhnya miom atau polip," katanya.

Pemeriksaan dan konsultasi perlu dilakukan untuk mendeteksi dini penyebab masalah kesuburan pada pasangan dan menanganinya.

Steven mengatakan bahwa pemeriksaan dan konsultasi juga perlu dilakukan oleh pasangan yang sudah pernah punya anak, karena infertilitas pun dapat terjadi pada mereka.

Baca juga: Endometriosis dapat menimbulkan konsekuensi pada kehamilan
Baca juga: Kepala BKKBN ingatkan pentingnya konseling prakonsepsi


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2024