istri itu harus dipersiapkan 90 hari atau tiga bulan sebelum menikah, mengingat perempuan hanya menghasilkan satu telur saja
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo mengingatkan pentingnya calon pengantin mempersiapkan prakonsepsi (persiapan kehamilan sebelum proses pembuahan) ketimbang menghabiskan terlalu banyak dana untuk pre-wedding.

“Saya sering kritik, jangan banyak pre-wedding lah, habis banyak. Coba kita menyiapkan prakonsepsi, bagaimana menyiapkan istri dan suami, karena istri itu harus dipersiapkan 90 hari atau tiga bulan sebelum menikah, mengingat perempuan hanya menghasilkan satu telur saja, sementara suami perlu dipersiapkan 73-75 hari untuk produksi spermanya,” kata Hasto dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Ia menyarankan bagi calon pengantin laki-laki agar sejak 75 hari sebelum menikah mengurangi rokok, berhenti minum alkohol, dan tidak berendam air panas agar spermanya sehat.

Sedangkan bagi calon pengantin perempuan, sebaiknya harus mencukupi asupan vitamin dan meminum tablet tambah darah tiga bulan sebelum terjadi konsepsi. Ia juga menjelaskan pada usia kehamilan delapan minggu, semua organ janin telah terbentuk.

“Perkembangan janin cepat sekali, organogenesis hamil delapan minggu (2 bulan), semua organ sudah terbentuk, jadi hamil itu jangan main-main, maka dari itu berencana itu keren, harus merencanakan betul kehamilan,” ucapnya.

Baca juga: BKKBN: Penanganan stunting sejak prakonsepsi hingga bayi 59 bulan
Baca juga: Dokter: Siapkan kehamilan dengan gaya hidup sehat


Ia juga menegaskan, kehamilan harus benar-benar direncanakan, diprogram, dan dievaluasi agar anak terlahir sehat, tidak stunting, dan tidak cacat.

Di Indonesia, regulasi melarang pengguguran kandungan ketika terjadi kecacatan di dalam kandungan sebagaimana diperbolehkan di negara lain seperti Jepang, untuk itu, sebelum terjadi kehamilan, Hasto menekankan pentingnya persiapan bagi suami dan istri minimal tiga bulan sebelum pembuahan.

“Ada perempuan mual-mual, tetapi enggak tahu kalau dia hamil karena kehamilannya tidak direncanakan, tidak diprogram, tidak diperhatikan, kalau dia minum antasida (obat untuk meredakan penyakit lambung) banyak setiap hari, bisa mempengaruhi bibir janin, bayi bisa sumbing," paparnya.

Ia juga menyebutkan, masih banyak ibu-ibu yang tidak mengetahui jika sudah hamil, dan minum tetracycline karena diare atau sakit infeksi di kulit.

“Karena tidak tahu kalau hamil, akhirnya anak yang dikandung cacat, giginya coklat dan mudah keropos,” ujar dia.

Menurutnya, kekurangan vitamin B, D, dan asam folat dapat menimbulkan bayi lahir cacat. Perempuan yang kekurangan darah (anemia) juga berisiko melahirkan bayi cacat, yang dikenal sebagai Neural tubes defects (NTDs), di mana tulang belakang tidak terbentuk dengan baik, sehingga otak juga tidak terbentuk dengan baik.

Untuk itu, ia mengajak remaja perempuan minum tablet tambah darah, memeriksakan kadar darah dalam tubuh atau hemoglobin, dan lingkar lengan, agar bayi yang dilahirkan sehat.

"Saat pranikah, antropometri wajib diukur lingkar lengan, berat badan, asupan gizi. Ini program BKKBN, termasuk pengisian aplikasi Elsimil (Elektronik siap nikah siap hamil),” kata dia.

Ia juga menegaskan bagi pengantin di bawah usia 20 tahun agar menunda kehamilan dengan menggunakan kondom dan pil, karena diameter panggul istri yang kurang dari 10 cm, mengakibatkan saat bayi lahir kepalanya akan terjepit.

“Bayi bisa stres dan bisa terjadi gegar otak, macet persalinannya, hingga menimbulkan pendarahan, robekan jalan lahir dan sebagainya. Maka, jangan hamil dan melahirkan terlalu muda umur belasan tahun, idealnya antara umur 20 - 35 tahun,” demikian dr Hasto Wardoyo.

Baca juga: BKKBN gencarkan kampanye cegah kawin anak tekan AKI di Jatim
Baca juga: BKKBN mengampanyekan pernikahan pada usia ideal lewat Gerebek Pasar
Baca juga: BKKBN imbau masyarakat menikah di usia ideal cegah kematian ibu

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024