Saya minta Pertamina dan PGN agar mempelopori penggunaan rupiah dalam setiap transksinya, agar rupiah bisa menguat,"
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi VI DPR-RI Airlangga Hartarto mendesak seluruh transaksi di dalam negeri, baik perusahaan swasta maupun BUMN (Badan Usaha Milik Negara) agar menggunakan rupiah dan PT Pertamina maupun PGN memeloporinya.

"Saya minta Pertamina dan PGN agar mempelopori penggunaan rupiah dalam setiap transksinya, agar rupiah bisa menguat," kata Airlanga kepada wartawan di Jakarta, Minggu.

Menurut Airlangga hal ini dimaksudkan untuk memberikan stimulasi bagi penguatan rupiah yang sudah mencapai angka Rp11.600/dolar AS.

Politisi Partai Golkar ini juga meminta BUMN, terutama Pertamina dan PGN agar menjadi pelopor dalam upaya penguatan kembali nilai tukar rupiah. Mereka wajib menggunakan rupiah pada setiap transaksi dalam negeri agar menjadi contoh bagi komponen bangsa yang lain.

Menurut Airlangga, penggunaan mata uang rupiah pada semua transaksi di wilayah Indonesia sebenarnya merupakan amanat Undang-undang Mata Uang.

Kewajiban penggunaan rupiah dalam setiap transaksi, kata Airlangga, sudah diatur dalam UU No 7 Tahun 2011 tentang mata uang. Terdapat kewajiban dan ancaman hukuman jika melakukan pelanggaran.

Dalam UU No 7 Tahun 2011 pasal 21 dijelaskan rupiah wajib digunakan dalam setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran, penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang; dan/atau transaksi keuangan lainnya yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Karena itu, untuk menguatkan rupiah yang terus melemah harus ada kesadaran dari seluruh masyarakat, terutama pengusaha dan BUMN untuk menggunakan rupiah pada setiap transaksi di dalam negeri," kata Airlangga kepada wartawan.

Karena itu, Airlangga Hartarto mendesak pemerintah untuk segera mengeluarkan aturan yang mengatur bahwa setiap transaksi perdagangan di dalam negeri wajib menggunakan mata uang rupiah, sebab, jika tidak ada aturannya, ia mengkhawatirkan kondisi itu akan semakin membayakan rupiah.

"Kalau kondisi rupiah yang terus terpuruk tetap dibiarkan, saya khawatir kita akan menanggung risiko yang lebih besar," katanya.
(J004/R010)

Pewarta: Jaka Suryo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013