"Saat berbicara penyelesaian masalah kesehatan maka ini permasalahan bersama, semakin banyak melibatkan mitra termasuk organisasi profesi sebagai mitra strategis dalam membangun sistem kesehatan. Saya kira sangat penting," kata Adib dalam diskusi yang digelar IDI diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
Hal itu merujuk pada debat calon presiden kelima atau putaran terakhir yang berlangsung pada Minggu (4/2) yang mengusung tema salah satunya masalah kesehatan.
Baca juga: Menkes ingin RS Vertikal di Indonesia seperti Mayo Clinic di AS
Adib mengapresiasi visi misi ketiga pasangan calon yang dipaparkan terkait problematika kesehatan dan berlandaskan identifikasi kebutuhan negara.
Ia juga mengapresiasi kepada pemaparan Calon Presiden nomor urut satu Anies Baswedan dan Calon Presiden nomor urut tiga Ganjar Pranowo yang mengedepankan aspek kebutuhan serta promotif preventif serta mengajak stakeholder kesehatan termasuk organisasi profesi di dalam pembangunan kesehatan.
Sementara pada Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto ia juga mengapresiasi dengan gagasan yang berfokus pada membangun rumah sakit, menyediakan dokter dan menyekolahkan dokter.
Baca juga: Presiden ingin pastikan KIS/BPJS Kesehatan bermanfaat bagi rakyat
"Di balik itu yang harus diperkuat sebenarnya bagaimana pada saat kita membuat program itu harus diawali dengan program assessment dari kebutuhan itu, juga perhitungan bagaimana fungsi dan penempatannya," kata Adib.
Dalam arsitektur kesehatan dunia, Adib menilai dibutuhkan akses kesehatan yang inklusif, di mana seluruh masyarakat harus memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan dasar, pembiayaan memadai dan pemberdayaan yang dilakukan negara demi keselamatan masyarakat.
Sementara permasalahan kesehatan di Indonesia masih banyak yang masih menjadi pekerjaan rumah, seperti tata kelola dan regulasi, sumber daya manusia kesehatan, sistem pembiayaan, partisipasi masyarakat dan sarana prasarana.
Adib juga menilai permasalahan kesehatan tidak hanya bisa dilihat secara nasional namun harus mengidentifikasi setiap wilayah karena setiap daerah memiliki kebutuhan kesehatan yang berbeda-beda.
"Kita tidak hanya menilai secara nasional saja tapi kita harus melakukan identifikasi karena ada kesenjangan kesehatan berkaitan dengan akses, mutu, fasilitas sarana prasarana infrastruktur, berkaitan dengan SDM, dan berkaitan juga kebutuhan farmasi dan alat kesehatan," katanya.
Baca juga: Meniti langkah transformasi digital kesehatan Indonesia
Baca juga: Meniti langkah transformasi digital kesehatan Indonesia
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024