Jakarta (ANTARA) - Sejumlah asosiasi mendorong pemanfaatan tembakau alternatif berupa rokok elektronik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin untuk dapat menurunkan prevalensi merokok di Indonesia.
 
“Produk tembakau alternatif layaknya diperlakukan sebagai harm reduction atau pengurangan bahaya untuk para perokok dewasa," kata Ketua Asosiasi Ritel Vape Indonesia Fachmi Kurnia Firmansyah dalam keterangan di Jakarta, Senin.
 
Fachmi mengatakan tembakau alternatif dapat dioptimalkan perokok dewasa yang ingin mengubah gaya hidup dan beralih dari kebiasaan.
 
Tembakau alternatif adalah produk penghantar nikotin tanpa proses pembakaran. Produk itu menerapkan proses pemanasan, sehingga tidak menghasilkan TAR berupa partikel padat yang dihasilkan ketika rokok dibakar dan bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker.

Baca juga: Pakar: Produk tembakau alternatif solusi pengurangan bahaya tembakau

Baca juga: Pakar: Pendekatan lain diperlukan pada kebijakan pengendalian tembakau
 
"Implementasi harm reduction seperti penggunaan gula rendah kalori dan beras merah untuk orang yang memiliki penyakit diabetes atau upaya mencegah diabetes, tetapi tidak bisa lepas dari rasa manis dan kebiasaan mengonsumsi nasi," kata Fachmi.
 
Penelitian ilmiah bertajuk 'Evidence Review of E-Cigarettes and Heated Tobacco Products 2015' dari Departemen Kesehatan dan Pelayanan Sosial atau UK Health Security Agency (UKHSA) di Inggris menunjukkan produk tembakau alternatif memiliki risiko 90-95 persen lebih rendah ketimbang rokok.
 
Bukti riset itu menjadi landasan bagi negara seperti Selandia Baru, Jepang, Swedia, dan Inggris untuk memaksimalkan produk tembakau alternatif sebagai strategi mengurangi prevalensi merokok di negara tersebut.
 
Bahkan, Kementerian Kesehatan Inggris meluncurkan program ‘swap to stop’ dengan membagikan perlengkapan rokok elektronik secara gratis kepada satu juta perokok dewasa. Hal itu ditujukan untuk mencapai target menjadi negara bebas asap mulai tahun 2030.
 
“Kami berharap pemerintah Indonesia mau merujuk ke negara-negara yang telah berhasil mengoptimalkan produk tembakau alternatif sebagai salah satu langkah menekan prevalensi merokok dan penyakit yang disebabkan karena kebiasaan merokok,” ujar Fachmi.
 
Sebagai langkah awal dalam memaksimalkan produk tembakau alternatif, Fachmi mendukung pemerintah dalam melakukan penelitian oleh lembaga yang independen, sehingga dapat membuat kebijakan dan memberikan informasi komprehensif bagi masyarakat, khususnya perokok dewasa.
 
“Sebagai asosiasi pelaku industri produk tembakau alternatif, kami semua siap menjadi mitra pemerintah dalam upaya menurunkan risiko dari kebiasaan merokok,” ujarnya.
 
Sekretaris Umum Asosiasi Personal Vaporizer (APVI) Garindra Kartasasmita mengatakan masyarakat semakin paham tentang risiko kesehatan akibat kebiasaan merokok. Oleh karena itu, penggunaan produk tembakau alternatif dapat membantu perokok dewasa beralih kebiasaan.
 
Dia menekankan pentingnya akses terhadap informasi produk tembakau alternatif yang komprehensif sebagai upaya mencegah informasi keliru. Bukan hanya itu, hasil riset ilmiah juga dapat menjadi acuan yang sahih baik bagi informasi yang beredar maupun peraturan.
 
“Kami berharap pemerintah lebih objektif terhadap riset produk tembakau alternatif agar masyarakat mendapatkan informasi yang akurat. Hasil riset juga dapat menjadi landasan pembuatan regulasi yang sesuai dengan profil risiko produk tersebut,” kata Garindra.*

Baca juga: Indonesia berpeluang turunkan angka perokok dengan tembakau alternatif

Baca juga: Akademisi: Tembakau alternatif berpotensi tekan prevalensi merokok

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024