Beijing, (ANTARA/PRNewswire) - Menyambut musim semi yang akan datang, serta Tahun Naga, serial dokumenter CGTN, "Poetry Sans Frontiers", kembali hadir dengan musim ketiga, serta menampilkan simfoni visual dari karya puisi.

Serial dokumenter ini terus mengusung konsep dan gaya kreatif "ketika cerita bertemu dengan puisi". Program ini menghadirkan sembilan tamu dari berbagai negara, termasuk Duta Besar Turkiye untuk China İsmail Hakkı Musa, Duta Besar Iran untuk China Mohsen Bakhtiar, Duta Besar Kolombia untuk China Sergio Cabrera, Penyanyi asal Senegal Big Makhou Djolof, Penyair asal Argentina Guillermo Bravo, Aktris Teater asal Syria Abeer Bitar, Penyair asal China Zhai Yongming, Pianis Tuna Netra asal China Mou Xingshui, serta Penyair asal Rusia Chudnova Irina. Setiap sosok ini memiliki latar belakang budaya dan kisah hidupnya masing-masing. Anda dapat mencermati kisah kehidupan mereka yang menarik. Serial dokumenter ini mengulas esensi karya puisi sesuai dengan setiap karakter protagonis dan kisah hidupnya.

Episode pertama dari serial dokumenter ini, "Home", mengajak audiens untuk mengenang memori seputar konsep rumah, serta mengeksplorasi definisinya dari beragam perspektif. Rumah dapat menjadi sebuah buku spesial atau lukisan unik yang dibawa dari negara asal seorang penyair Argentina. Rumah juga dapat menjadi kerinduan seorang pemuda asal Senegal yang berada jauh dari kampung halamannya. Kerinduan ini menjadi kontemplasi tentang alasan di balik imigrasi ilegal dan kemiskinan, serta keinginan untuk membangun kembali kehidupan di negara asal karena kecintaan pada rumah. Rumah bukan sekadar tempat kediaman bagi tubuh, namun juga persemayaman bagi jiwa.

Episode kedua, "Life", mengangkat cinta dan kepercayaan yang dipegang seseorang dalam kehidupan, serta mencermati kegigihan seseorang ketika mengalami berbagai terobosan dan gejolak dalam lika-liku kehidupan. Anda akan mengikuti kisah seorang aktris teater yang bertahan hidup di sebuah negara yang porak-poranda akibat perang, Syria. Meski tampil di sebuah panggung yang hampir roboh, mata sang aktris selalu diliputi harapan.

Audiens juga akan menyaksikan perjalanan seorang penyair perempuan yang terpukau oleh karya puisi sejak dirinya pertama kali belajar membaca. Selama 40 tahun, penyair perempuan ini terus berkiprah lewat puisi. Dengan kata-kata yang menyejukkan sekaligus tajam, dia bercerita tentang karya sastra dan seni beraliran avant-garde, berkontemplasi tentang masa depan, serta menatapi kematian dan bertahan hidup.

Episode ketiga, "Dreams", membawa audiens menuju jalinan unik kehidupan, serta menampilkan kisah seorang penyair Rusia yang menemukan esensi puisi dalam mimpi dalam 24 penanggalan tradisional China melalui aliran waktu, dan mimpi pun terungkap lewat syair yang penuh pesona karya penyair tersebut. Episode ketiga ini juga mengajak Anda untuk mencermati perjalanan seorang pianis tuna netra asal Xiamen, sosok yang menemukan impian hidup yang cerah melalui karya musik.

Lewat pembacaan puisi oleh duta besar Iran, Anda dapat menyaksikan jalinan antara syair-syair puisi karya penyair Du Fu pada era Dinasti Tang China (618-907) dan penyair ternama Iran pada abad ke-13. Karya puisi dan rima menghasilkan jalinan makna yang indah, menghubungkan berbagai impian dalam peradaban manusia.

Ditayangkan pada 5-7 Februari, "Poetry Sans Frontiers" mengajak Anda mendalami karya puisi. Tiga episode akan disiarkan secara global pada seluruh platform CGTN, platform media baru China Media Group, serta platform internasional.

Anda dapat menyimak kisah-kisah yang bertalian dengan syair puisi, serta cerita yang seirama dengan puisi. Mari menikmati berbagai bait puisi yang tajam dan ekspresif, serta bergabung bersama kami menyambut musim semi mendatang.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2024