Jakarta (ANTARA) - Kereta Cepat Jakarta--Bandung merupakan teknologi konektivitas canggih terkini yang memicu dampak positif dalam pembukaan wilayah dan menggairahkan pasar properti di area-area yang dilewatinya.

Sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional, kereta cepat ini bukan hanya berperan melayani transportasi penumpang secara nyaman dan cepat antara Bandung--Jakarta dengan waktu perjalanan hanya sekitar 40-45 menit dari yang sebelumnya ini ditempuh dalam waktu 3 jam.

Memang tidak bisa dimungkiri sejak dioperasikan secara komersial pada 17 Oktober 2023, moda transportasi kereta cepat ini kian diminati masyarakat sebagai moda yang dapat diandalkan terutama ketika akhir pekan ataupun libur panjang tiba.

Hanya dalam waktu 2 bulan sejak beroperasi pada Oktober, Kereta Cepat Jakarta--Bandung sudah meraup lebih dari 1 juta penumpang. Minat ini terus berlangsung hingga okupansi kereta cepat tersebut stabil di atas 60 persen.

Pada awalnya, pembangunan moda transportasi kereta cepat tersebut ditujukan untuk memecahkan berbagai permasalahan nasional, salah satunya mengatasi kepadatan arus transportasi Jakarta-Bandung yang selama ini bergantung pada infrastruktur jalan tol yakni Tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang), Padaleunyi (Padalarang-Cileunyi), dan Jagorawi (Jakarta- Bogor-Ciawi) sejak lama.

Hal ini tentunya menjadi jawaban untuk menghadirkan konektivitas antarkota yang cepat dan nyaman bagi masyarakat di kedua kota besar yakni Jakarta dan Bandung, mengingat terpangkasnya waktu perjalanan yang sebelumnya 3 jam menjadi 40-45 menit.

Kebermanfaatan kereta cepat yang begitu besar bagi masyarakat Jakarta dan Bandung, serta sekitarnya membuat pemerintah mempertimbangkan perpanjangan layanan kereta cepat sampai Surabaya dengan melintasi Yogyakarta.

Tujuan perpanjangan kereta cepat hingga Surabaya tersebut dalam rangka untuk makin menggerakkan secara masif pertumbuhan-pertumbuhan ekonomi daerah-daerah yang nantinya dilintasi oleh kereta cepat.

Keberadaan kereta cepat itu memacu pertumbuhan ekonomi baru di daerah, bukan hanya dengan mengacu pada seberapa banyak masyarakat yang menggunakan transportasi kereta cepat, melainkan yang lebih utama bagaimana kehadiran kereta cepat memberikan dampak positif berganda yang lebih luas kepada sektor-sektor nontransportasi lainnya, terutama sektor properti.

Lalu bagaimana kereta cepat dapat menggairahkan pasar properti dan membuka wilayah-wilayah yang dilaluinya?


Gairahkan pasar properti

Dampak positif pertama yang dirasakan dari kehadiran Kereta Cepat Jakarta--Bandung adalah bergairahnya pasar properti di daerah-daerah yang dilalui oleh moda transportasi canggih tersebut.

Wilayah timur Jakarta menjadi saksi bagaimana kehadiran kereta cepat berhasil meningkatkan minat masyarakat untuk memiliki properti di wilayah tersebut. Beberapa bulan sebelum kereta cepat resmi beroperasi secara perdana, sejumlah kecamatan di sekitar Stasiun Halim yakni Jatinegara, Kramatjati, Duren Sawit, Makasar, dan Pondok Gede mengalami peningkatan permintaan hunian sebesar 26,2 persen.

Ketika kereta cepat telah beroperasi, minat masyarakat terhadap properti di wilayah timur Jakarta makin besar khususnya di Bekasi yang mengalami kenaikan harga rumah pada Desember 2023 sekitar 3,3 persen.

Tentu saja selain kehadiran kereta cepat, faktor lainnya yang mendorong pasar properti bergairah di wilayah timur Jakarta adalah keberhasilan Pemerintah dalam mengintegrasikan stasiun kereta cepat dengan stasiun kereta LRT di Halim.

Kereta LRT merupakan salah satu moda transportasi commuter yang memudahkan masyarakat Bekasi dalam melakukan perjalanan rutin ke Jakarta maupun sebaliknya. Dengan terintegrasinya LRT dengan kereta cepat, maka memberikan nilai tambah bagi properti yang berada di Bekasi yang kemudian berdampak pada peningkatan minat masyarakat untuk berburu properti di wilayah tersebut.

Kendati demikian wilayah yang mengalami geliat pertumbuhan minat properti paling positif adalah Bandung Raya. Properti di Bandung Raya sebelum kehadiran kereta cepat tidak pernah menjadi perbincangan, bahkan masuk radar pasar properti populer pun belum pernah.

Ketika kereta cepat tersebut hadir, Bandung menjadi wilayah dengan pertumbuhan properti paling tinggi pada angka sekitar 1 persen, dibandingkan dengan Bekasi, Depok, bahkan Jakarta Timur. Peningkatan permintaan di Bandung untuk hunian jual sebesar 18,6 persen maupun hunian sewa sebesar 4,6 persen, sehingga pasar properti di Bandung betul-betul sangat diminati akibat kehadiran kereta cepat.

Salah satu faktor yang membuat properti di Bandung baik sewa dan jual diminati adalah citra Bandung yang menjadi destinasi wisata sekaligus juga salah satu kota yang menjadi tujuan pendidikan tinggi bagi para generasi muda di seluruh Indonesia.

Hal ini terlihat dari demografi konsumen yang meminati properti di Bandung pascakehadiran kereta cepat yakni 29,9 persen peminat hunian di Bandung berasal dari rentang usia 25-34 tahun, kemudian rentang usia 45-54 tahun (20,32 persen), usia 18-24 tahun (20,10 persen) dan usia 35-44 tahun (17,8 persen).

Artinya kalangan muda dan dewasa yang telah cukup serta stabil secara finansial memanfaatkan peluang pasar properti Bandung yang bergeliat akibat kehadiran kereta cepat untuk disewakan kepada para mahasiswa yang akan menimba ilmu ataupun pasangan baru menikah yang ingin berbulan madu di wilayah berjulukan "Paris van Java" tersebut.


Membuka wilayah

Tidak hanya membuat pasar properti bergeliat, kehadiran Kereta Cepat Jakarta--Bandung juga membuka potensi ekonomi baru di sebuah wilayah.

Keinginan pemerintah untuk memperpanjang jalur kereta cepat hingga ke Surabaya dapat membuka dan memeratakan perekonomian di wilayah selatan Jawa, seperti kawasan Rebana (Cirebon--Patimban--Kertajati).

Kehadiran kereta cepat di kawasan ini dapat mengoptimalkan keberadaan Pelabuhan Patimban sebagai pelabuhan kedua yang diandalkan untuk menjadi pelabuhan ekspor dunia setelah Tanjung Priok. Tidak hanya itu, Kereta Cepat Jakarta--Bandung yang melintasi Bandara Kertajati dapat mengundang makin banyak turis mancanegara untuk berkunjung ke destinasi-destinasi wisata di Tanah Pasundan dan bahkan hingga menyambangi destinasi wisata di sekitar Jabodetabek berkat keberadaan layanan kereta cepat.

Bicara mengenai destinasi wisata, maka di sinilah tujuan besar strategis dari Bandung sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN). Rencana perpanjangannya hingga Surabaya dengan melintasi Yogyakarta dapat membuat kunjungan turis ke Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur juga kian meningkat.

Sepanjang tahun 2023 saja kunjungan turis ke Borobudur mencapai 1,4 juta wisatawan, dengan KSPN tersebut telah ditopang oleh keberadaan Bandara New Yogyakarta International Airport dan jalan tol Trans Jawa. Kunjungan wisatawan ke Borobudur diperkirakan dapat meningkat secara signifikan ketika kereta cepat melintasi wilayah Yogyakarta.

Sebagaimana sebuah proyek strategis nasional, Kereta Cepat Jakarta--Bandung memiliki peran strategis bagi pertumbuhan dan pemerataan ekonomi nasional.

Bukan hanya memudahkan transportasi masyarakat dan membawa Indonesia masuk sebagai negara yang menerapkan teknologi canggih kereta terkini, kereta cepat juga berhasil membuat pasar properti di wilayah-wilayah baru seperti Bandung menjadi bergeliat serta diminati. Bahkan ke depan dapat meningkatkan konektivitas pariwisata ke KSPN Borobudur melalui rencana perpanjangan jalur ke Yogyakarta dan Surabaya.

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024