Jika melihat Piala Asia 2023 dan Piala Afrika 2023, standar Eropa terlihat sudah didekati Asia dan Afrika
Pendukung dari Republik Demokratik Kongo mengecat tubuh dan wajahnya dengan warna biru saat menyaksikan laga putaran 16 besar Piala Afrika 2023 antara Mesir melawan Kongo di Laurent Pokou Stadium, San Pedro, Pantai Gading, Minggu (28/1/2024). Kongo mengalahkan Mesir 8-7 melalui adu penalti setelah bermain imbang 1-1. ANTARA FOTO/REUTERS/Siphiwe Sibeko/foc.


Tontonan kian menarik

Rata-rata skuad Piala Asia dan Piala Afrika banyak diisi legiun Eropa, termasuk Indonesia yang diperkuat sejumlah pemain klub-klub Eropa dan kawasan lain termasuk bek Asnawi Mangkualam yang kini bermain di Thailand.

Namun, bukan hanya soal konten pemain Eropa, Kemenarikan Piala Asia dan Piala Afrika kali ini juga terlihat dari bagaimana setiap laga disajikan kepada masyarakat. Mulai dari sudut pengambilan gambar yang sangat menarik dan berstandar tayangan sekelas Piala Dunia sehingga laga sepak bola semakin nikmat untuk ditonton, sampai dengan penglibatan komentator yang tak sekadar mengulang apa yang dilihat penonton sepak bola.

Komentator-komentator sepak bola yang kerap didampingi mantan bintang sepak bola itu juga memberikan informasi lain tentang pemain, tim, pelatih, statistik, dan menganalisis secara kritis teknik serta pola-pola bermain atau apa yang terjadi di lapangan, sehingga memperkaya wawasan penonton sepak bola dan membuat tontonan menjadi lebih bernuansa.

Tak heran, menyaksikan Piala Asia 2023, dan juga Piala Afrika 2023, bagaikan melihat laga-laga Piala Dunia, atau liga-liga top Eropa, atau Liga Champions.

"Piala Asia vibes (aura) Piala Dunia", tulis seorang netizen mengomentari cuplikan video pertandingan Indonesia melawan Irak dalam fase grup Piala Asia 2023 yang dilaporkan oleh komentator asing, yang dibagikan dalam platform TikTok, beberapa waktu lalu.

Dari banyak dimensi itu, sepak bola di kedua benua menjadi lebih nikmat untuk diikuti. Di sana juga ada pesan kemajuan sepak bola yang dicapai kedua benua.

Tak berlebihan jika badan sepak bola dunia, FIFA, menambah jatah tim Afrika dan Asia untuk putaran final Piala Dunia mulai 2026 di Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko, menjadi delapan tim, ditambah satu tim yang lolos lewat playoff antarbenua.

Namun demikian, ulasan ini bukan untuk memberi kesan bahwa sepak bola dunia terlalu berkiblat ke Eropa, melainkan lebih dari mencoba melihat sejauh mana sepak bola Asia dan Afrika, berkembang lebih baik dan lebih profesional lagi.


Baca juga: Puasa gelar 64 tahun, Klinsmann sebut Korsel "tim yang lapar"
Baca juga: Pelatih Pantai Gading: Bagaikan mimpi bisa lolos ke final Piala Afrika

 

Copyright © ANTARA 2024