Nanning (ANTARA) - Mendorong koper jinjing beroda sembari memegang paspor berwarna merah tua miliknya, Huang Weizhi melangkah dengan cepat menuju konter check-in untuk mengambil kartu boarding pass tujuan Malaysia di Bandar Udara Internasional Liangjiang di pinggiran Guilin, sebuah kota wisata yang berlokasi di daerah perbukitan di Guangxi, China selatan, pada Selasa (13/2) pagi waktu setempat.

"Saya biasanya mengambil cuti untuk melakukan perjalanan singkat ke luar negeri," ujar Huang yang berencana menghabiskan waktu sekitar sepekan di luar negeri kali ini.

Musim liburan tahun baru yang panjang pada tahun ini merupakan kabar baik untuk perjalanan internasional dan Guilin menyediakan penerbangan langsung ke negara yang lokasinya tidak terlalu jauh.

Sejak 10 Februari, masyarakat China akan menjalani masa libur nasional selama delapan hari saat negara tersebut memperpanjang periode perayaan Tahun Baru Imlek (Festival Musim Semi) pada tahun ini hingga satu hari penuh. Adapun, perayaan itu merupakan acara terpenting dalam kalender tradisional China.

Data dari berbagai platform pemesanan dan layanan masyarakat (life service) menunjukkan bahwa sejak awal musim liburan kali ini, terdapat peningkatan tajam dalam hal volume pemesanan perjalanan ke luar negeri, dan dua lokasi teratas yang paling banyak dipilih oleh para wisatawan China adalah Bangkok, ibu kota Thailand, dan Singapura. Kedua lokasi itu mencatat lonjakan hingga lebih dari 300 persen dalam jumlah pemesanan kamar hotel.

Berbagai upaya China baru-baru ini yang menyediakan akses bebas visa ke beberapa negara dan menyepakati perjanjian bebas visa bersama dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand dinilai dapat mendongkrak pariwisata lintas perbatasan ke rekor tertinggi baru.

Pemberlakuan perjalanan bebas visa tersebut, ditambah dengan meningkatnya keinginan untuk pergi keluar negeri dan menghabiskan waktu luang, telah menjadi pendorong utama kembalinya para pelancong China ke pasar pariwisata global.

Selain Asia Tenggara, Jepang, dan Australia sebagai "langganan" destinasi wisata, Uni Emirat Arab, salah satu negara terkaya di dunia, untuk pertama kalinya pada tahun ini masuk ke dalam 10 besar tujuan wisata yang paling banyak dicari di Qunaer, sebuah platform wisata digital yang berbasis di Beijing.
 
    (Xinhua)


"Setelah membaca informasi tentang perjalanan bebas visa ke Singapura, saya dan kekasih saya langsung mengambil keputusan," ujar Shi, yang merupakan satu dari 151 turis batch pertama yang berangkat ke Singapura dari Bandar Udara Internasional Wuxu di Nanning, ibu kota Guangxi, pada 10 Februari, sehari setelah skema bebas visa timbal balik diberlakukan.

Kebijakan visa baru ini membuat mereka yang sering bepergian ke luar negeri tidak perlu repot. Kini, mereka hanya perlu membeli tiket pesawat dan kemudian mengemasi barang bawaan.

Pihak berwenang di Shanghai mencatat 10.837 penumpang asal China dan Singapura tiba dan berangkat melalui Bandar Udara Internasional Putong tiga hari pascakebijakan baru ini diterapkan, yang mencakup sekitar 90 persen dari total pelancong dua arah dari dua negara tersebut.

Sebuah prakiraan pasar yang dirilis oleh Ctrip, perusahaan perjalanan daring raksasa asal China, menyatakan bahwa liburan Tahun Baru Imlek yang berlangsung selama 8 hari ini akan menjadi masa perjalanan wisata pertama di negara itu pada tahun ini, dengan satu poin positifnya adalah lonjakan jumlah wisatawan mancanegara. Laporan tersebut juga mengatakan bahwa sebagian besar destinasi wisata populer di kalangan turis China berpusat di Asia Tenggara.

"Tempat-tempat di Asia Tenggara tetap diminati karena banyak orang di China memilih kawasan itu sebagai destinasi pelarian dari musim dingin," kata Gao Tao, yang mengelola divisi livestreaming dari agen perjalanan daring China Tuniu.

Industri pariwisata telah mengalami masa sulit dalam tiga tahun terakhir akibat pandemi dan kemungkinan besar akan mengalami lonjakan pertumbuhan, terutama di bidang pariwisata bepergian ke luar negeri atau outbound.

Sektor pariwisata outbound China telah bersiap menghadapi lonjakan kuat pada awal 2023, menurut sebuah makalah yang diterbitkan oleh China Tourism Academy, dan pemulihan pasar pariwisata di kawasan Asia Pasifik kemungkinan akan semakin cepat seiring meningkatnya keinginan wisatawan China untuk menghabiskan liburan mereka di luar negeri.

Pada 2023, perjalanan penumpang outbound China melampaui 87 juta, dan angka itu diprediksi akan mencapai 130 juta pada 2024, menurut laporan tersebut.

Dalam upaya untuk menarik lebih banyak wisatawan China, banyak negara telah meluncurkan beragam rencana guna mempermudah persyaratan masuk, mempermudah proses visa, serta menambah lebih banyak rute udara dan penerbangan, menurut Dai Bin, Presiden China Tourism Academy, dan dirinya juga yakin bahwa pemulihan yang berkelanjutan dan pesat pada rantai pasokan pariwisata outbound di negara tersebut akan kembali menjadikan wisatawan China sebagai penggerak utama pariwisata global.

​​​​​​

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Citro Atmoko
Copyright © ANTARA 2024