Nairobi (ANTARA News) - Sebagian besar sandera yang ditawan oleh beberapa pria bersenjata di pertokoan di Nairobi diselamatkan, kata Juru Bicara Pasukan Pertahanan Kenya (KDF) Cyrus Oguna kepada media lokal, Minggu.

Ia memberitahu KTN kebanyakan sandera telah diselamatkan. Pernyataan itu juga diposting di akun Twitter KDF, yang menyatakan, "Pasukan keamanan telah menguasai sebagian besar gedung tersebut."

Perkembangan paling akhir itu muncul lebih dari 30 jam setelah pria bersenjata melepaskan tembakan di pertokoan tersebut pada Sabtu pagi (21/9).

Setelah tersebut telah menewaskan sedikitnya 68 orang dan melukai lebih dari 175 orang lagi, kata pemerintah. Itu adalah salah satu serangan paling berdarah sejak pemboman Kedutaan besar AS di Ibu Kota Kenya, Nairobi, pada 1998.

"Semua upaya dilancarkan untuk secepatnya menyelesaikan masalah ini," kata KDF, sebagaimana dilaporkan Xinhua. Ditambahkannya, empat personel KDF menderita cedera selama proses itu dan dibawa ke rumah sakit untuk diobati.

Menurut Pemerintah Kenya, ada 10 sampai 15 pria bersenjata di dalam pertokoan tersebut; mereka menyandera sejumlah orang, sehingga operasi penyelamatan "jadi rumit".

Di antara orang asing yang menjadi korban terdapat dua warganegara Prancis, dua Kanada, tiga Inggris, satu China, dan satu Ghana.

Kelompok gerilyawan Somalia, Ash-Shabaab, telah mengaku bertanggung-jawab atas serangan tersebut, dalam pembalasan atas serangan lintas-perbatasan oleh Kenya pada Oktober 2011 ke dalam wilayah Somalia untuk memburu anggota organisasi tersebut.

Pria bersenjata itu tidak mengajukan tuntutan apa pun selama penyanderaan; namun Ash-Shabaab menyatakan di akun Twitternya "HSM_Press" pada Sabtu, bahwa pesan yang dikirim kepada Pemerintah Kenya dan masyarakat "ialah dan sejak dulu selalu sama: tarik semua pasukan kalian dari negara kami".

Saat menolak tekanan gerilyawan tersebut, Presiden Kenya Uhuru Kenyatta pada Ahad mengesampingkan penarikan tentara dari Somalia, dan mengatakan Kenya takkan kendur dalam tekadnya "memerangi teror".

(C003)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013