Washington (ANTARA News) - Aliran konstan informasi dari dunia online sering mengakibatkan "kelebihan" atau "overload" mental yang dapat merugikan daya ingat jangka pendek, demikian dilansir MedicalDaily dari Royal Institute of Technology (RIT) di Stockholm, Swedia.

Akhirnya, hilangnya ketidakaktifan otak dapat mengganggu proses otak di mana kenangan jangka pendek dialihkan ke dalam ingatan jangka panjang.

Penelitian sebelumnya di ilmu syaraf mengindikasikan ingatan jangka pendek kita, yang juga dikenal dengan "ingatan yang sedang bekerja" dapat  merespon hingga empat rangsangan yang berbeda secara bersamaan. Setelah batas ini terlampaui, efisiensi dan kualitas pekerjaan mental mulai menurun.

"Ingatan jangka pendek memungkinkan kita menyaring informasi dan menemukan apa yang kita butuhkan dalam berkomunikasi," kata peneliti Erik Fransén. "Hal itu memungkinkan kita bekerja secara online dan menyimpan apa yang kita temukan secara online, tapi ini adalah sumber yang terbatas."

Namun, bahkan desain web yang paling sederhanapun beserta layout-nya cenderung memiliki rangsangan yang jauh melebihi batas memori jangka pendek kita.

Facebook, YouTube, dan situs media sosial lainnya menjejalkan iklan-iklan dan konten-nya dalam satu laman informasi yang harus ditafsirkan dan dijelajahi pengguna.

Begitu kita membongkar serangan informasi itu menjadi potongan-potongan data yang berlainan, menjadi sangat sulit untuk menetapkan hirarki (susunan bertingkat) dan signifikansi.

"Saat  Anda membuka Facebook, sulit menyimpan hal-hal online yang diperlukan dalam otak," kata Erik.

"Nyatanya, saat Anda mencoba memproses sensor informasi seperti kata-kata atau video, Anda akan membutuhkan sebagian sistem yang sama dari ingatan jangka pendek, artinya Anda mengurangi kapasitas ingatan jangka pendek Anda."

"Dan ketika Anda mencoba menyimpan banyak hal di memori jangka pendek Anda, Anda memiliki proses informasi yang tidak bagus," katanya.

Selain itu, melebihkan memori jangka pendek dapat menghasilkan kerusakan parah ketidakaktifan otak.

Bertentangan dengan mitos, otak kita dirancang untuk beralih dari keadaan diam dan melakukan tindakan, saat kondisi rileks memfasilitasi "pekerjaan rumah" tangga selebral.

Contohnya, para peneliti percaya waktu istirahat penting untuk meningkatkan komunikasi antara memori jangka pendek dan memori jangka panjang.

"Saat kita memaksimalkan kondisi aktif otak dengan peralatan teknologi, hanya karena kita bisa melakukan itu, kita sebenarnya menghilangkan sebagian pemrosesan di otak, dan itu tidak akan bekerja," kata Erik.

Kadang-kadang otak yang sedang tidak bekerja adalah bengkel kita sendiri.

Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013