pengembangan kebun kopi sesuai program pembangunan tematik untuk meningkatkan wisata di Mokwam.
Manokwari (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat, melanjutkan pengembangan kebun kopi di Distrik (kecamatan) Mokwam pada 2024.

Kepala Dinas Pertanian, Hortikultura, Perkebunan, Peternakan  dan Ketahanan Pangan Manokwari, Kukuh Saptoyudo di Manokwari, Senin, mengatakan pengembangan kebun kopi sesuai program pembangunan tematik untuk meningkatkan wisata di Mokwam.

"Sekarang Bupati sudah tekankan keterpaduan program menjadikan Mokwam sebagai destinasi wisata unggulan Manokwari. Sektor utamanya pariwisata, dinas lain masuk untuk mendukung program tersebut. Kami masuk dengan pengembangan kopi," katanya.

Baca juga: Wastra dan Kopi Liberika binaan BI Kalbar tembus pasar internasional

Ia mengatakan, pengembangan kebun kopi menjadi yang paling cocok di Mokwam. Kopi yang dihasilkan di Mokwam merupakan kopi yang memiliki kualitas nomor satu. Dengan begitu kopi cocok untuk dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan yang berkunjung ke Mokwam.

Kampung Kwau di Distrik Mokwam terkenal wisata dengan pengamatan burung (birdwatching) Cendrawasih Penari atau Parotia sefilata. Burung yang mampu menari ala “tipy-toe” untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Jenis wisata pengamatan burung sangat diminati wisatawan luar negeri.

Bahkan, Kampung Kwau tahun 2023 meraih dua penghargaan pada Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yakni rekor MURI sebagai desa wisata pertama yang memiliki habitat Burung Penari dan juara III kategori Desa Wisata Berkembang.

"Kami mulai pengembangan kopi di sana sejak 2019. Bibit yang ditanam sudah berbuah dan menurut asosiasi pecinta kopi di Manokwari, kualitasnya numero uno, atau nomor satu. Ini yang akan terus kita kembangkan di sana," katanya.

Ia mengatakan, tahun ini pihaknya belum bisa memastikan berapa bibit kopi untuk membantu masyarakat di Mokwam karena DPA belum turun. Namun, untuk tahun 2023 pihaknya telah memberikan bantuan bibit untuk 30 hektare kebun kopi.

Baca juga: Menjajaki potensi kopi dari kaki Gunung Rinjani di pasar global

Ia menjelaskan, kopi berjenis arabica yang dikembangkan di Mokwam selain enak juga memiliki dampak ekonomi bagi masyarakat. Dimana masyarakat mampu menjual kopi hingga Rp70 ribu per kg.

"Meskipun pengembangan kopi di Mokwam bukan untuk sentra produksi, tapi untuk mendukung wisata," katanya.

Ia menambahkan, tumbuhan kopi juga cocok dikembangkan di Mokwam karena kebanyakan lahan di Mokwam memiliki kemiringan di atas 20 derajat. Lahan dengan kemiringan tersebut mempunyai lapisan tanah yang tipis.

"Tanaman kopi ini dari segi konservasi juga sangat bagus, karena dia bertahan hingga puluhan tahun sehingga bisa menahan tanah dan tidak mudah longsor," ujarnya.

Pewarta: Ali Nur Ichsan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024