Kami telah sepakat untuk bertemu di Jenewa pada 15 dan 16 Oktober
PBB (ANTARA News) - Negara-negara kekuatan dunia akan kembali bertemu untuk melakukan perundingan mengenai program nuklir Iran pada 15 dan 16 Oktober di Jenewa setelah pertemuan terobosan, Kamis, kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa.

Para menteri luar negeri yang bergabung dalam perundingan yang belum pernah terjadi sebelumnya di PBB telah meminta Teheran untuk menanggapi usulan mereka sebelum pertemuan bulan depan, kata Catherine Ashton kepada wartawan setelah pertemuan.

"Ini adalah pertemuan yang penting, suasana nyaman, energik. Kami melakukan diskusi tentang bagaimana kami akan bergerak maju dengan jangka waktu ambisius untuk melihat apakah kami bisa membuat kemajuan cepat," kata Ashton seraya memuji Menteri Luar Negeri baru Iran Mohammad Javad Zarif untuk berbicara begitu "terbuka".

"Kami telah sepakat untuk bertemu di Jenewa pada 15 dan 16 Oktober guna memenuhi agenda, untuk melanjutkan pertemuan hari ini dan mudah-mudahan mendorong kemajuan proses ini," kata Ashton, sebagaimana dilaporkan AFP.

Dalam pertemuan di New York, Zarif duduk satu meja dengan timpalannya dari AS John Kerry, dalam salah satu pertemuan tingkat tertinggi sejak Revolusi tahun 1979. Hal itu tampaknya telah memberikan dorongan segar bagi upaya yang telah berlangsung selama satu dasawarsa untuk mengekang aktivitas nuklir Iran .

"Nada dan semangat dari pertemuan kami sudah telah sangat baik, dan memang terjadi peningkatan besar pada nada dan semangat pertemuan sebelumnya tentang masalah ini dan saya memberikan apresiasi saya kepada Menteri Zarif untuk itu," kata Menteri Luar Negeri Inggris William Hague.

"Kami semua telah menjalin hubungan kerja yang baik dengan dia selama pekan ini di New York dan pertemuan ini adalah refleksi dari itu. Kami semua berbicara tentang pentingnya mencapai solusi damai dan negosiasi tentang masalah ini, dan komitmen kami untuk berusaha melakukan itu."

Negara-negara kekuatan global menuduh Iran berusaha untuk menciptakan bom nuklir, berdasarkan kedok program energi nuklir sipil sebagaimana yang diklaim Teheran.

Zarif, yang ditugaskan untuk mengawal perundingan nuklir Iran oleh Presiden baru Hassan Rouhani ketika dia menjabat pada bulan Agustus, telah menyerukan kesepakatan dalam waktu tiga sampai enam bulan.

Ashton mengatakan bahwa seperti Zarif, ia "sangat ambisius tentang apa yang bisa kami lakukan, tetapi kami harus praktis tentang menerjemahkan ambisi itu menjadi sesuatu yang berarti untuk pekerjaan efektif kami di lapangan," demikian laporan AFP.


Penerjemah: GNC Aryani

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013