Surabaya (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia (Kemenko Marves) bekerja sama dengan the Plastics in Societies Partnership (Pisces) dalam hal penelitian terapan untuk menyelesaikan masalah sampah di Indonesia.

Koordinator Bidang Pengelolaan Sampah Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI Rendra Kurnia Hasan dalam keterangannya yang diterima di Surabaya, Kamis, mengatakan penanganan masalah sampah plastik tersebut harus dilakukan secara kolaboratif dan sekarang harus fokus dengan penanganan sistemnya dari hulu, yaitu pengurangan.

"Dalam isu plastik ini, penting sekali untuk kemasan tidak digunakan hanya sekali pakai, dan untuk mendukung praktik guna ulang, dimana kemasan dapat digunakan beberapa kali," ucapnya.

Pihaknya berharap dengan pemerintah memberikan landasan regulasi dapat melaksanakan praktik konsumsi ramah lingkungan.

"Pemerintah dengan memberikan landasan regulasi, harapannya dapat dukungan dan mempercepat instansi-instansi lain seperti produsen, masyarakat, dan lainnya untuk dapat melaksanakan praktik konsumsi ramah lingkungan," ujarnya.

Sementara itu, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Kabupaten Banyuwangi Arief Setiawan mengatakan pemahaman tentang praktik ramah lingkungan dan pengolahan sampah plastik ini penting untuk disosialisasikan kepada masyarakat sebagai bagian dari keseharian.

"Program Pisces ini sejalan dan dapat mendukung program Pemerintah Banyuwangi yang memang ingin meningkatkan kepedulian dan meningkatkan manajemen sampah plastik yang berfokus dengan pengembangan kawasan pariwisata," ucapnya.

Baca juga: Peringati HPSN, Pemkab Jember tukar sampah plastik dengan bibit pohon

Baca juga: KLHK ajak HPSN 2024 jadi momentum tekan emisi dari sektor sampah


Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pisces Partnership Prof. Susan Jobling menambahkan kemasan produk-produk yang berbahan plastik menyebabkan masalah limbah yang substansial.

"Karena sachet ini tidak dapat didaur ulang dan bahkan sulit untuk dikumpulkan, memperburuk masalah lingkungan," katanya.

Oleh karena itu, dalam rangka pencapaian target pengurangan sampah laut sebesar 70 persen pada 2025, pihaknya melakukan kerja sama melalui pengembangan “Living Lab” sebagai media perumusan dan uji coba pendekatan holistik dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu.

"Living Lab pertama telah dibentuk di Banyuwangi dan diharapkan dapat menciptakan paradigma dan solusi baru dalam pengurangan dan penanganan plastik sekali pakai," tuturnya.

Inisiatif tersebut, lanjutnya, bertujuan untuk mengatasi masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh plastik sekali pakai dan mempromosikan ekonomi sirkular.

“Kami percaya bahwa kolaborasi antara peneliti akademis dan pihak-pihak yang melakukan tindakan, melalui kemitraan akademis publik dan swasta, seperti Pisces, sangat penting untuk mendorong dan mempercepat implementasi perubahan sistemik yang diperlukan untuk mencegah polusi plastik," ujarnya.

Baca juga: ESTA-Plastic Bank kolaborasi swasta cegah polusi plastik di Indonesia

Baca juga: HPSN 2024, KLHK ajak masyarakat peduli atasi sampah plastik

Baca juga: KLHK dukung pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar

Pewarta: Indra Setiawan/Naufal
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024