Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis penyakit dalam Dr. dr. Soroy Lardo, Sp.PD, K.PTI, FINASIM mengingatkan pentingnya mewaspadai fase kritis pada pasien penyakit demam berdarah dengue.

Menurut dia, masih banyak orang yang belum memahami bahwa fase kritis pada pasien demam berdarah dengue (DBD), yakni hari ketiga sampai keenam infeksi, merupakan fase berbahaya yang apabila tidak ditangani dengan baik dapat berakibat fatal.

"Fase inilah titik kritis, angka kematian itu tinggi," kata Soroy dalam taklimat media via daring yang dilaksanakan pada Selasa tentang tata kelola penanganan demam berdarah dengue.

Dalam acara yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia tersebut, Soroy menguraikan tiga fase klinis penyakit DBD.

Pada fase pertama, satu hingga tiga hari pertama infeksi, kadar virus pada tubuh tinggi dan terjadi peningkatan kekentalan darah disertai dehidrasi.

Soroy mengatakan, pada fase pertama pasien DBD harus terhidrasi dengan baik, kebutuhan cairan tubuhnya harus dipastikan terpenuhi.

Fase kedua, hari ketiga hingga keenam infeksi, merupakan fase kritis. Pada fase ini dapat terjadi komplikasi seperti syok, perdarahan, dan kerusakan organ serta penurunan kadar trombosit darah.

Soroy mengatakan bahwa angka kematian pasien DBD pada fase kedua tergolong tinggi dan penanganan yang baik pada fase ini merupakan kunci untuk mencegah komplikasi serius yang bisa berakibat fatal.

Sementara fase ketiga merupakan fase pemulihan. Pada fase ini, pasien umumnya direkomendasikan untuk beristirahat.

"Jadi, biasanya saya menyarankan untuk istirahat lima hari karena bagaimanapun virus sisa itu masih ada dan pasien dalam tiga minggu masih dalam kondisi kadang-kadang lemah," kata Soroy.

Baca juga: WHO ingatkan 4 miliar orang berisiko terserang demam berdarah

Demam berdarah dengue disebabkan oleh infeksi virus dengue, yang umumnya menular melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Soroy menjelaskan, gejala klinis yang umumnya dialami penderita DBD antara lain demam, nyeri di belakang mata, nyeri sendi, mual, muntah, dan muncul bintik merah pada kulit.

Perkembangan penyakit tersebut, menurut dia, dipengaruhi oleh faktor seperti imunitas tubuh dan muatan virus.

"Pasien-pasien yang disertai dengan diabetes atau (penyakit) jantung tentu imunitasnya juga sudah menurun dan ini progres untuk berat itu bisa muncul. Lalu yang kedua adalah viral load atau muatan virus. Itu menggambarkan virulensi, pertumbuhan tinggi, atau berkonsekuensi terhadap respons imun tubuh," ia menjelaskan.

Baca juga: Kemenkes jadwalkan introduksi vaksin dengue tahun depan
Baca juga: Mahasiswa UGM gagas pemanfaatan kulit mangga untuk tekan kasus DBD

Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2024