Jambi (ANTARA News) - Kebakaran hutan konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di Desa Sungai Tapan, Kab. Kerinci Provinsi Jambi sampai kini belum terpantau satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) yaitu peralatan pemantau titik panas/titik api (hot spot). Sekretaris Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Pusdakarhutla) Provinsi Jambi, Ir Frans Tandipau di Jambi, Kamis (10/8) mengatakan, walau kebakaran itu belum terpantau satelit NOAA, namun laporan sudah diterima dari Balai TNKS yang kini tengah menurunkan tim pemadam. Ia mengakui, kebakaran TNKS di perbatasan Provinsi Bengkulu mencuat kepermukaan dan menggema gaungnya, karena kawasan itu telah ditetapkan sebagai "paru-paru dunia". Pusdakarhutla kini telah menurunkan semua tim pemadam manggala Agni ke seluruh kabupaten dan kota. Namun kebakaran hutan yang sebagian berada di daerah harus juga menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten. Sebab selama ini pemerintah kabupaten dan kota terkesan kurang peduli terhadap musibah kebakaran hutan dan lahan, padahal tanggungjawab itu sudah ada bidang masing-masing, misalnya jika dalam kawasan hutan terbakar menjadi tanggungjawab Dinas Kehutanan provinsi dan kabupaten. Jika kawasan lahan perkebunan kebakaran menjadi tanggungjawab Dinas Perkebunan, dan kawasan tambang menjadi tanggungjawab Dinas Pertambangan. Hasil pematauan satelit NOAA yang dipancarkan dari Bogor, tercatat kini di Jambi ditemukan 105 hot spot. Dan kebakaran lahan di Jambi berada di Kabupaten Muaro Jambi dan Tanjung Jabung Barat seluas 28,8 ha, Sarolangun, Merangin, dan Kerinci seluas 192 ha, Batanghari dan Tanjung Jabung Barat 44 ha, serta Tebo dan Bungo seluas 31 ha. Kebakaran lahan konservasi gambut di Desa Simpang Kiri Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang kini masih berlangsung sehingga mengeluarkan asap cukup tebal, sedang dalam pemadaman yang dibantu sebagian besar petugas pemadam hutan tanaman industri (HTI) PT WKS. (*)

Copyright © ANTARA 2006