Kami memperkirakan inflasi secara keseluruhan pada 2024 akan berada di kisaran 3 persen, berada dalam kisaran target Bank Indonesia sebesar 1,5 - 3,5 persen. Ekspektasi ini didasarkan pada antisipasi bahwa inflasi akan mulai menurun pada paruh kedua
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Josua Pardede memproyeksikan bahwa tingkat inflasi akan mulai menurun pada kuartal III-2024.

Sementara pada paruh pertama tahun ini, pemerintah perlu bersiap menghadapi risiko inflasi yang tinggi. Namun secara keseluruhan, inflasi 2024 masih di kisaran 3 persen sesuai dengan target Bank Indonesia (BI) 1,5-3,5 persen.

“Kami memperkirakan inflasi secara keseluruhan pada 2024 akan berada di kisaran 3 persen, berada dalam kisaran target Bank Indonesia sebesar 1,5 - 3,5 persen. Ekspektasi ini didasarkan pada antisipasi bahwa inflasi akan mulai menurun pada paruh kedua 2024," kata Kepala Ekonom Bank Permata itu saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada Jumat (1/3) mengumumkan tingkat inflasi bulanan sebesar 0,37 persen pada Februari 2024 (month-to-month/mtm).

Sedangkan, secara tahunan inflasi tercatat sebesar 2,75 persen (year-on-year/yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 2,57 persen yoy.

Menurut Josua, berlanjutnya tingkat inflasi pada paruh pertama tahun ini disebabkan kenaikan harga kebutuhan pokok, terutama beras. BPS mencatat inflasi beras pada Februari sebesar 5,32 persen.

Komoditas beras mempunyai andil terhadap inflasi bulanan sebesar 0,21 persen, menjadikannya sebagai penyumbang inflasi terbesar bulan ini.

“Kenaikan harga beras sejak Juli 2023, yang disebabkan oleh masalah pasokan, telah berkontribusi sebesar 0,67 persen terhadap inflasi umum tahunan di Februari 2024.,” ujarnya.

Dia merinci, faktor utama di balik penurunan produksi beras yakni karena efek dari El-Nino yang menyebabkan penurunan produksi beras sebesar 1,40 persen pada 2023 dibandingkan 2022 sehingga mengakibatkan kelangkaan di pasar.

Mempertimbangkan adanya risiko inflasi yang tinggi pada paruh pertama 2024, BI diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuan BI (BI-Rate) dalam jangka pendek.

Sesuai dengan pernyataan terbaru dari BI, perubahan arah kebijakan moneter bakal bergantung pada risiko inflasi yang terkendali baik secara domestik maupun global.

Oleh karena itu, pada paruh kedua 2024, BI diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 5,50 persen.

Josua menjelaskan lebih lanjut bahwa inflasiFebruari 2024 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, naik dari 0,04 persen mtm menjadi 0,37 persen mtm.

Secara tahunan, tingkat inflasi juga mengalami peningkatan, naik menjadi 2,75 persen yoy dibandingkan dengan 2,57 persen yoy di bulan Januari 2024.

"Peningkatan inflasi tersebut disebabkan oleh inflasi harga yang bergejolak, terutama pada kelompok bahan makanan. Kendati demikian, inflasi inti dan inflasi harga yang diatur pemerintah cenderung terkendali," kata Josua.

Baca juga: Indef proyeksikan inflasi masih berlanjut jelang Ramadhan

Baca juga: BPS: Inflasi tahunan capai 2,75 persen pada Februari

Baca juga: BPS: Waspadai inflasi pada Ramadhan

Baca juga: BPS: Beras masih alami inflasi pada Februari

 

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024