Mosul, Irak (ANTARA News) - Seorang penyerang bunuh diri menabrakkan truk berisi bom ke sebuah tempat bermain sekolah dasar di Irak utara, menewaskan 14 siswa SD dan kepala sekolah mereka, Minggu, kata sumber-sumber kepolisian dan medis.

Serangan itu dilakukan setelah pemboman bunuh diri beberapa menit sebelumnya terhadap sebuah kantor polisi di kota yang sama, Tel Afar, sekitar 70 kilometer sebelah baratlaut Mosul, dimana militan Sunni dan gerilyawan lain berpangkalan.

Tidak ada korban dalam serangan di kantor polisi itu.

"Kami diserang dua ledakan besar hari ini yang menewaskan atau mencederai puluhan orang. Yang pertama adalah bom truk dengan sasaran sebuah kantor polisi dan yang kedua diledakkan di sekolah dasar," kata Wali Kota Tel Afar, Abdul Al Abbas, kepada Reuters.

Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas pemboman tersebut, namun serangan-serangan semacam itu merupakan ciri militan Al Qaida, yang menganggap Syiah sebagai menyimpang dari ajaran Islam.

Mayoritas penduduk Tel Afar adalah orang Syiah, yang menjadi sasaran pembunuhan dan penculikan dalam beberapa tahun terakhir ini.

Sabtu, sedikitnya 60 orang tewas dalam dua serangan bom bunuh diri dengan sasaran Syiah.

Kekerasan Minggu itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.

Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Agustus, yang telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak.

Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.

Jumlah kematian akibat serangan-serangan di Irak telah mencapai ribuan orang sejak awal tahun ini.

Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.

Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.
(M014)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013