Washington (ANTARA) - Amerika Serikat pada Senin mengatakan pemerintahnya "mengawasi ketat" situasi di Haiti di tengah peningkatan kekerasan setelah komplotan bersenjata menyerbu penjara terbesar negara itu akhir pekan ini.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Matthew Miller mengatakan AS mengutuk upaya komplotan-komplotan tersebut untuk semakin mengacaukan dan mengambil alih Haiti.

“Kami memahami bahwa Perdana Menteri akan kembali ke negaranya, kami pikir penting baginya untuk diizinkan melakukannya,” kata Miller kepada wartawan.

Dia mencatat bahwa banyak dari mereka yang bertanggung jawab atas meningkatnya kekerasan telah ditunjuk oleh AS dalam Global Magnitsky Act dan program sanksi obat-obatan terlarang.

"Hal itu juga menggarisbawahi pentingnya menyelesaikan misi dukungan keamanan multinasional untuk membantu polisi nasional Haiti dalam menghadapi situasi keamanan yang mengerikan di lapangan,” tambahnya.

Diberitakan sebelumnya ribuan tahanan melarikan diri dari penjara di Haiti pada Senin setelah komplotan bersenjata menyerbu fasilitas tersebut.

Para anggota komplotan menyerang Penjara Croix des Bouquets di ibukota Port-au-Prince, yang menyebabkan bentrokan dengan aparat keamanan.

Selama terjadi bentrokan, 3.600 tahanan melarikan diri, dan 12 lainnya tewas..

Pemerintah Haiti telah mengeluarkan pernyataan, yang mengatakan bahwa organisasi kriminal menyerang penjara itu pada dini hari, dan akibat perlawanan polisi, orang-orang bersenjata tersebut meninggalkan lokasi.


Sumber: Anadolu
Baca juga: Haiti berlakukan status darurat setelah geng bersenjata serbu penjara
Baca juga: PBB: Lima negara tawarkan personel bantu Haiti perangi kekerasan geng
Baca juga: PBB: 1.100 lebih orang tewas atau luka dalam kekerasan geng di Haiti

 

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024