Bali (ANTARA) - Pertemuan Bisnis Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) VII 2024 di Bali dinilai menjadi ajang pembuktian bahwa pelajar-mahasiswa satuan pendidikan vokasi Indonesia sudah cukup matang untuk membuat produk barang atau jasa secara orisinal dan layak dipasarkan secara luas.

Pernyataan tersebut diungkapkan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Kiki Yuliati yang dijumpai saat penutupan Pertemuan Bisnis P3DN atau Business Matching VII di Sanur, Bali, Kamis.

Menurutnya, bukti itu dapat dilihat dari banyaknya minat yang mengarah pada komitmen kerja sama untuk memasarkan secara luas produk buatan SMK-perguruan tinggi vokasi oleh pelaku industri nasional, seperti di antaranya produk robot lengan pemotong laser buatan SMK NU Miftahul Huda Malang yang menarik perhatian dua perusahaan industri perkapalan nasional berbasis di Pulau Jawa.

Selanjutnya, produk pesawat nirawak (drone) untuk inspeksi permukaan kedirgantaraan dan produk komponen elektronika atau PCB buatan peneliti-mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dilirik produsen alat kesehatan.

Kemudian, produk reagen pendeteksi virus (Polymerase Chain Reaction/PCR) pada udang ternak buatan Universitas Surabaya dan produk stasiun pengisian daya kendaraan listrik buatan Universitas Airlangga yang telah dilirik untuk dikembangkan perusahaan BUMN bidang manufaktur.

"Intinya pesanan sudah berdatangan sudah cukup membuktikan. Ketika pasar membutuhkan teaching factory atau partner untuk menyiapkan suku cadang, menyiapkan sebagian dari produksinya, mereka sudah tahu ke SMK mana, atau ke politeknik atau perguruan tinggi mana," kata dia.

Dari situ, Kiki pun memastikan pemerintah tidak akan lepas tangan memperjuangkan produk-produk buatan anak bangsa tersebut hingga benar-benar diproduksi secara massal melalui adanya peluang kerjasama ini.

Pasalnya untuk mendukung P3DN sebagai substitusi impor, Kemendikbudristek menyakini kemajuan satuan pendidikan vokasi sekarang tidak hanya ditentukan pada aspek serapan ketenagakerjaan tapi juga seberapa besar produk yang dihasilkan bisa menjawab kebutuhan masyarakat.

"Kuncinya tak boleh main-main saat praktikum, karena kalau barang ini nggak jadi, lalu dibuang, tidak ada yang menginginkan itu ya jadi semua dipersiapkan," ujarnya.

Baca juga: Bisnis matching PKA ke-8 tawarkan tiga sektor produk usaha lokal Aceh

Baca juga: Wapres Ma’ruf diagendakan tutup Pertemuan Bisnis P3DN VII di Bali


Pertemuan Bisnis VII berlangsung 4-7 Maret 2024 di Sanur, Bali, merupakan agenda yang diinisiasi Kementerian Perindustrian bersama Kemendibudristek dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif dalam rangka mendukung peningkatan produk dalam negeri (P3DN).

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengungkapkan pada hari penutupan pertemuan bisnis itu berhasil membukukan realisasi belanja produk dalam negeri mencapai senilai Rp213,68 triliun.

Realisasi paling besar dibeli oleh kementerian atau lembaga dan pemerintah daerah yang mencapai Rp146,94 triliun dan dari BUMN mencapai Rp66,74 triliun.

Selain realisasi pembelian produk dalam negeri yang meningkat, nilai komitmen yang siap direalisasikan pemilik anggaran (pemerintah pusat/daerah) kepada produsen pada tahun ini juga meningkat mencapai Rp1.148,25 triliun dibandingkan 2023 mencapai Rp1.157 triliun.

Komitmen tersebut sebagaimana yang dilakukan oleh BUMN dengan nilai mencapai Rp842,56 triliun dan komitmen dari kementerian atau lembaga dan pemerintah daerah sebesar Rp585,69 triliun.

Kemudian menempatkan Kemendikbudristek menjadi salah satu lembaga pemerintah yang paling tinggi mendapatkan belanja produk dalam negeri dalam kegiatan tersebut, setelah Kementerian Pertahanan dengan BUMN (PT LEN dan Pindad).

Baca juga: PCR buatan Ubaya diminati dalam Pertemuan Bisnis P3DN 2024 Bali

Baca juga: Pertemuan Bisnis P3DN 2024 di Bali pacu eksistensi pendidikan vokasi

Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024