Tawau, Malaysia (ANTARA News) - Anak-anak warga negara Indonesia yang orangtuanya bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) di Sabah Malaysia kesulitan melanjutkan sekolah setelah menyelesaikan pendidikan dasar di negara tetangga tersebut.

Akbar, salah seorang anak TKI yang saat ini menempuh pendidikan dasar di sekolah bentukan Humana, sebuah lembaga swadaya masyarakat bentukan Denmark di Kinabatangan Lahad Datu di Tawau, Sabtu, mengatakan, dirinya berminat melanjutkan sekolah setelah menamatkan pendidikan sekolah tersebut.

Namun, sampai saat ini belum ada sekolah lanjutan pertama di sekitar tempat kerja orangtuanya sehingga kemungkinan besar akan melanjutkan sekolah di kampung halaman orangtuanya di Kabupaten Polewali Mandar (Palman) Sulawesi Barat.

"Kalau tamat nanti, saya mau pulang kampung untuk sekolah di SMP," ujarnya saat ditemui di Kantor Konsulat RI Tawau dalam rangka mengikuti perlombaan cerdas cermat.

Akbar menyatakan pula bahwa dirinya sulit melanjutkan pendidikan sekolah lanjutan (SMP) di Sabah sehubungan belum memiliki paspor sehingga kemungkinan besar berat untuk lolos.

Pada kesempatan itu, salah seorang guru di sekolah bentukan Humana tersebut bernama Haris membenarkan sulitnya anak-anak TKI melanjutkan pendidikan karena belum adanya sekolah formal yang dapat menampung mereka.

Selama ini, kata dia, anak muridnya apabila menyelesaikan pendidikan tingkat dasar sebagian memilih pulang kampung halaman orangtuanya.

Sementara sbagian lagi memilih tidak melanjutkan sekolah dan hanya sebagian kecil yang melanjutkan pendidikan di salah satu "community learning center" (CLC) terdekat.

Ia menyebutkan, saat ini di sekolah tempatnya mengajar membina 208 anak warga asing yang sebagian besar anak TKI yang menempuh pendidikan di taman kanak-kanak sampai sekolah dasar.

Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Jawa Barat jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) itu mengungkapkan selama dua tahun mengajar di sekolah tersebut anak didiknya yang menamatkan pendidikan setingkat SD hanya menggunakan ijazah paket A yang dilaksanakan dua kali setahun.

Kemudian, lanjut dia, untuk melanjutkan di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) membutuhkan dokumen keimigrasian untuk dapat lolos meskipun pembina di sekolah tersebut selalu membantu siswanya yang belum memiliki dokumen sebagai anak pendatang asing di Sabah.

"Untuk melanjutkan sekolah di SIKK juga agak sulit karena persyaratannya orangtuanya harus memiliki paspor supaya bisa lolos. Tapi biasanya pihak SIKK yang membantu menguruskan paspor bagi anak didiknya yang belum memiliki," ucap dia.(*)

Pewarta: M Rusman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013