Menikmati malam ditemani temaram cahaya dari api unggun sambil menyeruput secangkir kopi pahit adalah sebuah kemewahan bagi para pecinta ketenangan,
Padang (ANTARA) - Angin bertiup turun dari punggung perbukitan pada pagi yang menggigilkan raga di Kampung Batu Dalam, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Angin itu membelai permukaan Danau Talang yang tenang, membentuk riak yang kemudian bergulung menjadi gelombang kecil semata kaki di pinggiran danau yang dipenuhi batu-batu besar, lalu menciptakan nyanyian alam yang lembut.

Sesekali nyanyian alam itu ditingkahi suara sepeda motor yang dibawa masyarakat sekitar untuk pergi ke ladang sayuran yang terhampar luas di sekeliling danau, dari lembah-lembah yang subur hingga pinggang perbukitan nan curam.

Danau Talang itu tidak terlalu besar. Panjangnya sekitar 1,71 kilometer, lebar 0,94 kilometer, keliling 4,52 kilometer dengan kedalaman sekitar 90 meter.

Danau itu awalnya tidak terlalu dikenal bahkan oleh orang Sumatera Barat. Hal itu karena letaknya yang agak tersuruk dan tidak memiliki akses jalan yang memadai. Setelah jalan aspal dibangun pemerintah daerah pada 2020, Danau Talang baru mulai dikenal.

Pengunjung yang datang lebih dulu, mengunggah foto dan videonya di media sosial hingga banyak yang penasaran untuk datang ke danau yang semula tidak dikenal itu.

Apalagi pemandangan sepanjang jalan menuju Danau Talang yang terletak pada 1.500 mdpl memang memukau. Lanskap lembah yang didominasi tanaman sayur-mayur, perbukitan yang menghijau, hingga latar belakang danau dan Gunung Talang itu amat memanjakan mata.

Anak-anak muda di sekitaran danau melihat hal itu sebagai sebuah peluang untuk menghasilkan cuan  atau keuntungan sekaligus membantu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

Mereka mengambil peluang itu dengan membentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis) guna mengelola potensi wisata Danau Talang.

Mereka bekerja sama dengan pemilik lahan di pinggiran danau untuk membuat area berkemah atau camping ground. Mereka juga mengupayakan kapal boat untuk membawa pengunjung berkeliling danau.

Ketua Pokdarwis Danau Talang, Ferry, menyebut perlahan tapi pasti, Danau Gunung Talang mulai menggeliat bangkit. Sejumlah kegiatan kesenian digelar untuk menarik kunjungan wisatawan.

Menikmati malam ditemani temaram cahaya dari api unggun sambil menyeruput secangkir kopi pahit adalah sebuah kemewahan bagi para pecinta ketenangan.

Esok paginya, sambil menikmati semburat sinar Matahari dari balik perbukitan, wisatawan bisa menikmati pemandangan dari dalam tenda atau berjalan-jalan santai.
Pemandangan ladang masyarakat sebelum sampai di Danau Talang, Kabupaten Solok. ANTARA/Miko Elfisha
Namun pada waktu-waktu tertentu, seperti tahun baru, jumlah kunjungan bisa meningkat signifikan sampai 700 orang dalam 1 hari. Sebagian besar mereka menikmati berkemah  menanti detik pergantian tahun, lalu tidur di tenda pada lokasi yang telah disediakan di pinggir Danau Talang.

Sebagian lagi menginap di vila yang juga mulai tumbuh di sekitar kawasan danau. Ada empat vila yang sudah selesai dan bisa menjadi alternatif menginap bagi pengunjung. Dalam waktu dekat, tiga vila lagi juga selesai dibangun dan dapat dimanfaatkan pula oleh pengunjung.

Ferry mengakui masih banyak yang perlu dibenahi agar Danau Talang bisa laik untuk dikunjungi. Pihaknya tengah mengupayakan mendapat bantuan pedal boat dari Dinas Kehutanan Sumbar.

Danau Talang -- dulu merupakan kawasan hutan -- telah ditetapkan sebagai kawasan perhutanan sosial sehingga bisa meminta dukungan dari Dinas Kehutanan.


Lokasi Festival Lima Danau

Makin populernya Danau Talang juga mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten Solok melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.

Salah satu bentuk perhatian itu dengan menjadikan Danau Talang sebagai salah satu lokasi pelaksanaan Festival Lima Danau pada 2024.

Festival Lima Danau adalah satu dari enam agenda wisata asal Sumbar yang masuk dalam top 100 Kharisma Event Nusantara 2024 yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.

Menjadi tuan rumah agenda yang diakui secara nasional tentu akan memberikan dampak positif terhadap pengembangan destinasi yang baru tumbuh seperti Danau Talang.

Adyatama Pariwisata Ekonomi Kreatif (Parekraf) Kabupaten Solok, Banta Bransyah, menyebut pada 2024, ada yang berbeda dari pelaksanaan ajang Festival Lima Danau.

Jika tahun 2023 kegiatan pada agenda itu terpusat di Danau Singkarak, tahun ini kegiatan digelar pada lima danau yang ada di Kabupaten Solok yaitu Danau Singkarak, Danau kembar (danau atas dan danau bawah), Danau Tuo, dan Danau Talang.

Pada Festival Lima Danau 2024 yang digelar pada Oktober itu disiapkan sejumlah pertunjukan yang mengedepankan adat dan budaya serta kesenian khas yang akan ditampilkan masyarakat di masing-masing danau.

Festival diawali di Danau Singkarak. Di dermaga danau ini akan digelar pacu biduak, mancari pensi, dan juga digelar pasar rakyat serta pertunjukan kesenian. Kemudian festival berlanjut di Danau Tuo. Di danau ini ada acara penampilan kesenian khas, serta ada kuliner pangek sasau, dan pertunjukan tradisi masyarakat lainnya.

Selanjutnya festival digelar di Danau Talang. Di danau ini ada pertunjukan Silek (Silat) Tuo. Kemudian berlanjut di Danau Bawah yang juga akan ada penampilan kesenian tradisional masyarakat di sekitar danau tersebut.

Berikutnya, di Danau Atas yang dipusatkan di Alahan Panjang Resort ditampilkan makanan khas Alahan Panjang. Ada kuliner lamang hitam serta ampiang dadiah yang ditampilkan. Sekaligus juga digelar penampilan kesenian sekitaran danau, kemudian dilakukan penutupan Festival Lima Danau tahun 2024.

Pada 2023, Festival Lima Danau mampu menyedot pengunjung hingga 15 ribu orang. Dengan konsep baru, diharapkan jumlah kunjungan bisa meningkat pada 2024.

Dalam sejarahnya, Festival Lima Danau dimulai pada 2005. Saat itu namanya masih Festival Danau Kembar. Namanya kemudian berganti menjadi Festival Empat Danau karena diikuti oleh masyarakat empat danau. Kini namanya bertransformasi kembali menjadi Festival Lima Danau.

Festival itu membawa angin segar bagi Danau Talang. Angin yang mendorong keinginan masyarakatnya untuk memintal mimpi masa depan yang lebih sejahtera.


 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024