Untuk mengatasi TBC resisten obat, USAID telah membantu mendirikan area pengobatan khusus di 10 RS Muhammadiyah, fasilitas ini semacam klinik sehingga mengurangi beban RS pemerintah dalam menangani TBC...
Jakarta (ANTARA) - Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) menggandeng Rumah Sakit (RS) Muhammadiyah dan lima jaringan RS swasta mitra lainnya untuk memberdayakan para kader kesehatan demi menangani tuberkulosis (TBC). 

"Untuk mengatasi TBC resisten obat, USAID telah membantu mendirikan area pengobatan khusus di 10 RS Muhammadiyah, fasilitas ini semacam klinik sehingga mengurangi beban RS pemerintah dalam menangani TBC, selain itu kami juga bekerja sama dengan para kader," ujar Direktur Kantor Kesehatan USAID Eni Martin di Jakarta, Senin.

Konferensi pers tentang kolaborasi Amerika Serikat dan Indonesia untuk melawan TBC diselenggarakan di Kedutaan Besar Amerika, Jakarta, dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia yang jatuh setiap tanggal 24 Maret.

Eni menjelaskan peran para kader yakni untuk memberikan dukungan sosial dan psikologis kepada pasien dengan TBC resisten obat.

Baca juga: Kemenkes-USAID libatkan RS perkuat sistem informasi identifikasi TBC

"USAID juga bekerja sama dengan RS Muhammadiyah untuk memberdayakan kader kesehatan di masyarakat untuk memberikan dukungan sosial dan psikologis kepada pasien dengan TBC resisten obat dan memastikan pasien menyelesaikan pengobatan mereka," katanya.

Ia juga mengapresiasi Indonesia yang telah mencapai kemajuan luar biasa dalam mendiagnosis kasus TBC selama satu tahun terakhir.

"USAID terus bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Dinas Kesehatan (dinkes) di daerah untuk mengidentifikasi pasien TBC, dan dukungan USAID kepada Pemerintah Indonesia tidak hanya di tingkat nasional maupun RS pemerintah, tetapi juga RS swasta," ucapnya.

Selain RS Muhammadiyah, lima RS lainnya yakni Primaya, Mitra Keluarga, Pertamedika IHC, Siloam, dan Hermina, juga ditingkatkan kapasitas tenaga kesehatannya agar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mendiagnosis TBC.

Baca juga: Muhammadiyah terima bantuan alat kesehatan COVID-19 dan TBC dari USAID

Setelah menjalani kemitraan, tercatat jejaring RS Muhammadiyah telah berhasil melakukan skrining kasus TBC pada empat juta orang.

"Kami juga akan terus bekerja sama dengan mitra RS swasta lainnya untuk mereplikasi model skrining diagnosa TBC seperti yang dilakukan oleh Muhammadiyah," ucapnya.

Terkait dengan riset, pengembangan, dan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan (nakes), termasuk para kader, USAID juga memiliki program Coach TBC, yang membina para nakes untuk meningkatkan ketersediaan layanan TBC sesuai standar dan berkualitas.

Hasilnya, semakin banyak kasus TBC yang ditemukan pada 27 rumah sakit di enam kabupaten/kota. Tim kerja TBC USAID yang juga berkolaborasi dengan pemerintah dan swasta akan memperluas inisiatif ini ke 107 rumah sakit di 28 kabupaten/kota, dan pada tahun 2024, Coach TBC akan diperluas ke 166 RS lainnya di 80 kabupaten/kota.

Baca juga: AS-Indonesia perluas kerja sama untuk akhiri tuberkulosis
 

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024