Seoul (ANTARA) - Menteri Unifikasi Korea Selatan Kim Yung-ho pada Rabu menyebut penculikan dan penahanan warga Korea Selatan yang dilakukan oleh Korea Utara pasca Perang Korea tahun 1950-1953 sebagai tindakan yang tidak manusiawi.

Pernyataan tersebut disampaikan Kim dalam pertemuan dengan anggota keluarga korban Korea Selatan dan kepala kelompok advokasi terkait ketika Kementerian Unifikasi telah menciptakan simbol korban penculikan, tahanan, dan tawanan Perang Korea di Korea Selatan dengan gambar tiga bunga forget-me-not.

“Acara khusus ini diadakan untuk menyuarakan penyesalan atas tindakan tidak manusiawi yang dilakukan Korea Utara sekaligus tidak kehilangan harapan bahwa mereka akan kembali ke negaranya suatu hari nanti,” kata Kim.

Menteri Kim juga memasangkan pin bergambar tiga forget-me-nots pada pakaian delapan peserta dalam acara yang digelar di kementerian.

Dia mengatakan bahwa penyelesaian masalah tersebut adalah tanggung jawab negara dalam hal perlindungan rakyat dan membutuhkan urgensi.

Ia juga mengatakan bahwa Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol bersama dengan anggota kabinet lainnya turut mengenakan pin simbolis tersebut dalam rapat kabinet dan berjanji untuk melakukan upaya maksimal.

Juru Bicara Kementerian Unifikasi Koo Byoung-sam menuturkan Kementerian Unifikasi menyuarakan penyesalannya atas sikap Korea Utara yang tidak bertanggung jawab dengan tidak memberikan informasi minimal, seperti nasib warga negara Korea Selatan yang diculik.

“Kami sekali lagi mengecam tindakan ilegal dan tidak manusiawi yang dilakukan Korea Utara dan menyerukan kepada Korea Utara untuk memahami dengan jelas bahwa masalah ini adalah masalah serius untuk melindungi kehidupan rakyat kami dan secara aktif menyelesaikannya,” ucapnya.

Saat ini, enam warga Korea Selatan ditahan di Korea Utara, termasuk tiga misionaris bernama Kim Jung-wook, Choi Chun-gil, dan Kim Kook-kie yang keberadaan dan nasibnya tidak diketahui.

Secara terpisah, 516 warga Korea Selatan belum kembali ke rumah dari sekitar 3.835 orang yang diculik oleh Korea Utara setelah Perang Korea tahun 1950-1953. Selain itu, setidaknya 60.000 tawanan perang juga diperkirakan belum kembali ke kampung halamannya setelah ditahan di Korea Utara.

Sumber : Yonhap
Baca juga: Korsel bersedia lanjutkan dialog dengan Korut
Baca juga: Menteri unifikasi Korsel bertolak ke AS
Baca juga: Peringati 73 tahun Perang Korea, PM Korsel janjikan pertahanan kuat
​​​​​​​


Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024