Jakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta meminta ada satu rukun warga (RW) di setiap kelurahan untuk menjadi kampung bebas tuberkulosis (TBC) percontohan sebagai bagian dari upaya menanggulangi penyakit menular itu di Ibu Kota.

"Kami harapkan dari setiap kelurahan menunjuk satu RW. Kami sama-sama siapkan dari sekarang untuk sampai pada kondisi implementasi yang utuh tentang kampung bebas TBC," kata Plt. Wakil Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia dalam seminar daring yang disiarkan melalui laman YouTube Dinas Kesehatan DKI, Kamis.
 
Dwi mengatakan satu RW DKI Jakarta bisa memiliki penduduk mencapai 4000-5000 orang dan jumlah yang besar ini diharapkan dapat menjangkau upaya promosi kesehatan, pencegahan kasus TBC, penemuan kasus dini, investigasi kontak dan pemberdayaan masyarakat secara ideal.
 
"Maka kami yakin pasti bisa mereplikasi ke RW-RW lain," katanya.
 
Di sisi lain, adanya kampung bebas TBC percontohan yang ditargetkan terdapat di 267 lokasi, dapat memberikan keyakinan pada masyarakat dan pihak-pihak terkait bahwa TBC bisa diatasi bersama-sama.

Baca juga: Upaya berkesinambungan hilangkan TBC dari Jakarta
 
"Mari kita menjaga komitmen kita untuk terus berkolaborasi melakukan penanggulangan TBC," kata dia.
 
Data Dinas Kesehatan DKI Jakarta pada 2023 memperlihatkan terdapat sebanyak 60.420 pasien TBC baru dari seluruh pasien terduga TB yang menjalani pemeriksaan.
 
Dari jumlah tersebut, sekitar16 persen-nya atau 9.684 adalah kasus TBC pada anak.
 
"Ini salah satu yang memprihatinkan dan perlu kita putus rantai penularannya karena bayangkan kalau sudah dari kecil sakit TBC karena memang paling banyak paparan terjadi pada masa anak-anak," ujar Dwi.
 
Dia mengatakan anak yang terkena tuberkulosis (TBC atau TB) bisa mengalami gangguan gizi yang apabila berlanjut dapat menyebabkan gizi buruk hingga stunting.

Baca juga: Dinkes DKI Jakarta edukasi 100 SD soal hepatitis dan TBC
 
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang mempengaruhi fisik dan otak akibat anak kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama.
 
Di sisi lain, anak yang kualitas gizinya kurang juga rentan terserang penyakit termasuk TBC.
 
"Ini tentu tidak diharapkan karena kita sebenarnya ingin agar generasi penerus lebih baik kondisinya dari sisi kesejahteraan, kecerdasan, kesehatan, peluang mendapatkan kesempatan lebih baik dari orang tua atau generasi sebelumnya," ujar dia.

Sementara itu, kasus TBC di Indonesia pada tahun lalu tercatat sebanyak 1.060.000 kasus dan angka ini menjadikan Indonesia berada di peringkat kedua dengan beban TBC tertinggi kedua di dunia setelah India.

Baca juga: Pakar kesehatan apresiasi komitmen Jakarta Selatan tangani TBC
 
 
 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2024