sangat dibutuhkan upaya bersama-sama
Jakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengakui, kesalahpahaman dan kekeliruan warga menerima informasi terkait tuberkulosis (TBC) menjadi tantangan pemerintah bersama sejumlah pihak dalam menanggulangi salah satu penyakit menular itu khususnya di Ibu Kota.

"Mungkin sebagian orang merasa TBC sudah tidak ada, merasa tidak mungkin TBC terjadi pada dirinya atau keluarga," kata Plt. Wakil Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia dalam seminar daring Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia DKI Jakarta 2024, Kamis.
 
Kesalahpahaman ini, sambung dia, menyebabkan masyarakat menolak atau menyangkal saat diri atau keluarganya saat terdiagnosis TBC.

Padahal, apabila mereka mendapatkan pemahaman yang benar, maka semua pasien baru TBC dapat diupayakan berobat segera sampai sembuh.
 
"Sehingga tidak ada yang menunda pengobatan dan semua rantai penularan bisa kita putus segera," ujar Dwi.

Baca juga: Dinkes DKI minta ada RW jadi kampung bebas TBC percontohan 
 
TBC atau juga disebut TB yang disebabkan infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis, dapat menyerang siapa saja, termasuk anak-anak. Organ tubuh yang dapat terserang bakteri bisa antara lain paru-paru, tulang belakang, kulit, otak, kelenjar getah bening dan jantung.
 
Dia mengatakan penanggulangan masalah tuberkulosis (TBC) di Indonesia dan khususnya Jakarta dimulai dari upaya mencegah penularan, menemukan kasus, mengobati pasien TBC dan tidak memberikan mereka stigma sehingga dapat menjalani pengobatan tuntas sampai sembuh.
 
"Mudah-mudahan biasanya enam bulan bisa mencapai kondisi sembuh," kata dia.
 
Data Dinas Kesehatan DKI Jakarta menunjukkan sebanyak 60.420 pasien TBC baru dari seluruh pasien terduga menjalani pemeriksaan pada tahun 2023. Angka ini, sambung dia, lebih besar dari target penemuan kasus yang pemerintah perkirakan yakni sebanyak 59.217 kasus.
 
Dwi mencatat di antara pasien TBC ini, ada yang mengalami resisten atau kebal terhadap obat TBC atau disebut TB RO dan membutuhkan pengobatan lebih panjang ketimbang pasien lainnya.

Baca juga: Upaya berkesinambungan hilangkan TBC dari Jakarta
 
Pasien TB RO diketahui berjumlah sekitar 1.200 pasien atau kurang lebih dua persen dari semua kasus TBC baru yang ditemukan di Jakarta pada 2023.
 
"Pada pasien TB RO, maka pengobatan bisa lebih panjang. Maka sangat dibutuhkan upaya bersama-sama untuk memutus penularan sekaligus memberi dukungan agar pasien TBC bisa berobat dengan maksimal hingga sembuh," kata Dwi.
 
Sementara itu, kasus TBC pada anak tercatat sebanyak 16 persen kasus TBC di Jakarta atau 9.684 kasus (dari 60.420 kasus)
 
Kemudian, Dwi mengatakan melalui peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia setiap tanggal 24 Maret khususnya di DKI Jakarta yang mengusung tema "Bersatu untuk Mencapai Jakarta Bebas TBC", dengan melibatkan berbagai sektor, dapat semakin menggiatkan semua pihak untuk mencari, menemukan sejak dini, mengobati dan memutus rantai penularan pada pasien TBC.
 
"Upaya-upaya untuk penanggulangan, pencegahan dan pemutusan rantai TBC ini bahkan sudah disiapkan Peraturan Presiden No.67 Tahun 2021 tentang penanggulangan TBC, salah satu strateginya peningkatan peran serta komunitas, pemangku kepentingan dan multi sektor lain," katanya. 

Baca juga: Dinkes DKI Jakarta edukasi 100 SD soal hepatitis dan TBC
 
 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2024