Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah membuka lelang pembangunan sebanyak 80 unit pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang berlokasi di seluruh Indonesia dengan kapasitas daya total 140 MW.

Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Rida Mulyana di Jakarta, Senin, mengatakan, pihaknya menargetkan pengumuman pemenang lelang bisa dilakukan pada Desember 2013.

"Selanjutnya, konstruksi PLTS selama enam bulan, sehingga pertengahan tahun depan sudah mulai beroperasi," katanya.

Menurut dia, mayoritas PLTS berlokasi di Indonesia bagian timur yakni Papua, Papua Barat, Maluku, Sulawesi, dan NTT. Sebagian besar pembangkit berkapasitas satu MW per unit dan satu unit terbesar berlokasi di Jayapura, Papua yakni sebesar enam MW.

Lokasi PLTS yang berada di Indonesia bagian timur antara lain NTT sebanyak sembilan unit berkapasitas total 14 MW yang berada di Kupang, Atambua, Rote, Alor, Adonara, Sumba Timur, Larantuka, Maumere-Rope-Ende, dan Bajawa-Ruteng-Labuan Bajo.

Lalu, ada tujuh lokasi berkapasitas 14,5 MW di Papua serta enam lokasi masing-masing di Maluku Utara 7,5 MW, Maluku 9,5 MW, dan Sultra 13 MW.

Wilayah lainnya, tiga lokasi PLTS di Aceh 4 MW, enam unit di Riau 8,5 MW, tujuh unit di Kalbar 9,5 MW, lima unit di NTB 17 MW, dan empat unit di Jatim 4 MW.

Rida mengatakan, sejumlah investor baik lokal maupun asing seperti AS, Jepang, dan Afrika Selatan sudah menunggu pelaksanaan lelang tersebut.

Sebelumnya, Dirut PT PLN (Persero) Nur Pamudji mengatakan, pihaknya siap membeli listrik yang dihasilkan PLTS. Menurut dia, program pembangunan PLTS hanya bisa mengganti maksimal 20 persen beban listrik di suatu wilayah.

Keterbatasan tersebut dikarenakan PLTS itu tidak memakai baterai. PLTS dengan modul fotovoltaik tanpa baterai tersebut akan beroperasi hanya siang hari.

Investasi PLTS diperkirakan sekitar Rp20 miliar per MW di luar lahan atau Rp2,8 triliun untuk kapasitas 140 MW. Sedangkan, lahan yang dibutuhkan untuk membangkitkan satu MW sekitar 1,2 ha.

PLTS akan menggantikan pembangkit BBM yang masih ada khususnya di Indonesia bagian timur.

 

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013