Yerusalem (ANTARA) - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Minggu (31/3) mengumumkan bahwa militer Israel sedang bersiap untuk melancarkan serangan ke Rafah di saat perundingan gencatan senjata dilanjutkan di Mesir.

Rafah, kota paling selatan di Gaza, telah menjadi tempat perlindungan bagi lebih dari 1 juta pengungsi Palestina yang mencari perlindungan dari pengeboman. Para pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sejumlah negara telah memperingatkan bahwa operasi darat di kota itu akan menimbulkan konsekuensi buruk bagi warga sipil.

Dalam sebuah konferensi pers, Netanyahu mengatakan bahwa setelah dirinya menyetujui rencana militer untuk pelaksanaan serangan darat di Rafah sebelumnya pada Maret, militer Israel kini sedang bersiap untuk mengevakuasi penduduk sebelum menyerang kota itu.

"Ini akan memakan waktu, tetapi akan dilakukan. Kami akan masuk ke Rafah dan membunuh batalion Hamas di sana. Tidak ada kemenangan tanpa memasuki Rafah dan menghabisi batalion-batalion Hamas di sana," kata Netanyahu.
 
Seorang penyintas diselamatkan dari reruntuhan setelah serangan udara Israel di kota Rafah di Jalur Gaza selatan, pada 27 Maret 2024. (Xinhua/Rizek Abdeljawad) 


Di Gaza utara, yang menurut PBB akan segera dilanda kelaparan, pasukan Israel melanjutkan serangan ke Rumah Sakit Al-Shifa, yang merupakan pusat medis terbesar di daerah kantong tersebut sebelum pecahnya konflik. Menurut Netanyahu, sedikitnya 200 militan telah tewas di kompleks medis itu. Menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, puluhan orang tewas di rumah sakit tersebut, tempat sekitar 3.000 pasien dan pengungsi mencari perlindungan

Pada Minggu siang waktu setempat, delegasi pejabat keamanan Israel berangkat untuk mengikuti putaran baru pembicaraan dengan para negosiator di Kairo.

Sementara itu, Israel terus melakukan serangan besar-besaran di daerah kantong Palestina itu. Militer Israel mengatakan bahwa pesawat-pesawat tempurnya menyasar sebuah pusat komando Jihad Islam dan militan di halaman Rumah Sakit Al-Aqsa di Jalur Gaza tengah. Pernyataan tersebut tidak menyebutkan nama-nama militan itu.

Dalam pernyataannya, kantor media yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan bahwa serangan udara menghantam sebuah tenda yang menampung para jurnalis dan pengungsi di dalam kompleks rumah sakit itu. Sumber-sumber medis Palestina mengatakan serangan tersebut menewaskan empat orang dan melukai 17 lainnya dengan jenis luka yang beragam, termasuk di antaranya dua orang jurnalis.

Dalam 24 jam terakhir, serangan Israel menewaskan sedikitnya 77 warga Palestina dan melukai 108 lainnya, kata Kementerian Kesehatan di Gaza dalam sebuah pernyataan pers. Secara keseluruhan, sedikitnya 32.782 warga Palestina telah tewas dan 75.298 lainnya terluka sejak Israel melancarkan serangan balasan terhadap Hamas pada 7 Oktober 2023. Sementara itu, jumlah warga Israel yang tewas akibat serangan mendadak Hamas mencapai 1.139 orang, dengan sekitar 100 lainnya masih disandera di Gaza.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2024