Kota Bogor (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat,  melaksanakan Gerakan Serentak (Gertak) Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di sekolah, madrasah, dan pesantren untuk mencegah demam berdarah dengue (DBD).

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto di Kota Bogor, Selasa, mengingatkan bahwa kesiapsiagaan bisa meminimalisasi dan mencegah DBD. Oleh karenanya, ia turut menyosialisasi dan mengedukasi siswa-siswi terkait DBD.

Bima menyebut, saat ini situasi DBD di Kota Bogor sedang tidak baik-baik saja, karena ada sembilan warga meninggal dunia dan sebagian besar ada di rentang usia di bawah 14 tahun.

“Jadi saya titip betul begitu panas tinggi, begitu pusing, begitu meriang jangan telat, nanti bisa fatal. Tolong ya anak-anak,” kata Bima.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, ia menyampaikan, nyamuk aktif menggigit di rentang waktu pukul 07.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB dan pukul 15.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB.

Baca juga: Legislator minta DKI tingkatkan sosialisasi vaksin DBD ke masyarakat

“Itu jam rawan. Saya titip tidak boleh ada genangan air yang bisa menimbulkan jentik nyamuk. Semuanya harus rajin memantau jentik yang biasanya suka ada di dispenser air mineral, di belakang kulkas, di daun pada tanaman hias yang menimbulkan genangan, barang yang tidak terpakai dan sebagainya,” jelasnya.

Kepala Dinkes Kota Bogor Sri Nowo Retno mengatakan, kegiatan PSN di sekolah ini dilakukan karena melihat data DBD yang terus ada peningkatan sejak awal, dan belum ada tanda penurunan signifikan dari kasus yang tersebar di delapan kelurahan.

“Dari sebaran kasus DBD yang paling banyak itu adalah usia rentan 5 sampai 14 tahun dan jumlahnya sampai 606 kasus,” ujarnya.

Dari hasil penelitian dan surveilans, Retno mengatakan, tempat penularan tidak hanya di lingkungan rumah dan tempat tinggal, tapi juga di sekolah dan tempat umum.

“Berbagai upaya sudah dilakukan Pemkot sejak terjadi peningkatan kasus di awal Januari, dengan dikeluarkan surat edaran wali kota terkait antisipasi meningkatnya kasus DBD, yang kemudian dilanjutkan secara serentak Gertak PSN di 68 kelurahan,” katanya.

Namun, lanjut dia, meski upaya itu telah dilakukan secara masif dan berkelanjutan, kasus DBD tak juga turun. Sehingga kemudian dilakukan Gertak PSN bekerjasama dengan Dinas pendidikan (Disdik) dan melantik para duta juru pemantau jentik (jumantik).

“Tujuannya untuk menurunkan angka kejadian DBD dan juga sebagai edukasi kepada siswa, termasuk juga mengaktifkan siswa sebagai kader atau Duta Jumantik. Ini harus kita tingkatkan, termasuk anak-anak bisa menjadi kader tetapi juga di lingkungan masing masing,” ucapnya.

Baca juga: Kemenkes: Kasus DBD meningkat hingga tiga kali lipat Januari-Maret Maret

Pewarta: Shabrina Zakaria
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024