Wina (ANTARA News) - Iran secara resmi menyampaikan keluhannya menyangkut keberadaan seorang pemeriksa atom dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan menolak masuk dua pemeriksa lainnya setelah melalui perdebatan keras menyangkut program nuklir yang dikembangkan Iran, kata seorang diplomat Iran kepada AFP. Iran menjadwalkan memberikan tanggapan resmi pada Selasa (22/8) berkaitan dengan tuntutan enam negara yang menginginkan salah satu negeri di Teluk Persia itu menghentikan pengayaan uranium, proses untuk membuat bahan bakar reaktor pusat listrik tenaga nuklir yang dicurigai dapat memproduksi bahan baku bom atom. Jika Teheran menolak, maka enam negara tersebut mengancam menjatuhkan sejumlah sanksi. Iran mengajukan satu keluhan lisan pada Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) yang berkantor pusat di Wina, Austria, yang sedang menyelidiki program nuklir Iran selama tiga tahun. Iran juga mengeluhkan sikap salah seorang ahli IAEA "yang bertindak di luar tanggungjawab seorang pemeriksa," kata seorang diplomat senior Barat yang dekat dengan IAEA, kutip AFP, Sabtu. Hal itu agaknya menyangkut pernyataan yang dibuat pemeriksa tersebut ketika di Iran, dan ia bahkan melakukan kegiatan layaknya mata-mata, sekalipun sulit untuk ditegaskan kembali. Para pejabat Iran tidak dapat segera dihubungi untuk diminta komentar mereka berkaitan dengan keluhan resminya ke IAEA dan PBB. Hanya saja, salah seorang diplomat Iran dan satu sumber kedua AFP yang dekat dengan IAEA mengatakan, Iran "menolak penunjukkan" dua pemeriksa lain dari IAEA yang bertindak di luar kepatutan pada Maret dan April 2006. Sebelumnya tidak ada insiden seperti itu, sejak IAEA memulai pemeriksaannya di Iran Februari 2003, kata masing-masing nara sumber tersebut. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006