Samut Sakhon, Thailand (ANTARA) - Gubernur Samut Sakhon di Thailand  Phol Damtham menyatakan lokasi pabrik di wilayahnya sebagai zona bencana dengan akses terbatas usai temuan 15,000 ton limbah kadmium karsinogenik.

Dia memerintahkan pabrik itu dikembalikan ke lokasi aslinya di Provinsi Tak dalam waktu tujuh hari.

Usai adanya pengaduan, penyelidikan mengungkap perusahaan di provinsi Tak menjual lebih dari 10.000 ton limbah kadmium dan seng ke perusahaan yang berbasis di Samut Sakhon.

Phol Damtham bersama otoritas terkait kemudian memeriksa sebuah perusahaan di distrik Mueang, dan menemukan 15.000 ton limbah kadmium.

Dari pemeriksaan tersebut, ditemukan limbah kadmium dan seng dikemas dalam kantong besar. Limbah disimpan di dua gedung berjumlah lebih dari 1.000 kantong, dan satu area lagi di luar.

Otoritas setempat menyita limbah tersebut, menutup gedung, dan melarang keluar masuk wilayah itu tanpa akses.

Para karyawan pabrik mengungkapkan pihaknya telah memindahkan limbah kadmium dan seng ke kawasan tersebut sejak Agustus 2023, yang memakan waktu tiga bulan.

Mereka mengklaim tidak ada limbah kadmium dan seng yang dicairkan.

Awalnya, otoritas setempat menuduh perusahaan pengelola limbah tersebut beroperasi tanpa izin dan penyimpanan limbah yang tidak memadai, saat perusahaan tersebut telah memiliki lisensi untuk melebur aluminium, namun tidak diperbolehkan melelehkan limbah kadmium.

Kepala industri provinsi Samut Sakhon Phuttikorn Wichaidit mengatakan limbah kadmium yang telah dipindahkan adalah limbah industri sisa proses peleburan seng sebuah perusahaan di provinsi Tak.

Analisis dampak lingkungan telah dilakukan untuk penguburan limbah di lubang semen, dan Divisi Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan saat ini sedang memverifikasi faktanya.

Sejauh ini, belum ada laporan mengenai individu yang terkena dampak dari limbah kadmium tersebut.

Jika limbah kadmium dan seng tetap padat dan disimpan berdekatan tanpa pembuangan yang benar, maka tidak akan menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan.

Sumber: TNA-OANA
Baca juga: Greenpeace desak ASEAN larang impor limbah dari negara-negara maju
Baca juga: Ekspor makanan Thailand mencapai rekor tertinggi tahun ini
Baca juga: SAIC Motor mulai pembangunan kawasan industri energi baru di Thailand

Penerjemah: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024