... itu tidak bersahabat dan tidak bermartabat, tidak menunjukkan sikap dan itikad baik sebagai negara tetangga... "
Jayapura (ANTARA News) - Sekelompok organisasi mahasiswa dan pemuda di kedua provinsi Papua menilai Australia hadir di Indonesia dengan wajah ganda, pada satu sisi menawarkan banyak kerja sama tapi juga beritikad tidak baik sebagai tetangga.

Mereka --perwakilan organisasi setempat itu-- juga mendesak pemerintah Australia minta maaf terkait penyadapan sejak 2007 oleh badan intelijennya kepada Presiden Susilo Yudhoyono dan pejabat terkait.

"Minta maaf secara terbuka kepada pemerintah Indonesia," kata Ketua Umum Gerakan Pemuda Sehat Provinsi Papua, Hendrik Yance Udam, yang didampingi kolega-koleganya, di Abepura, Kota Jayapura, Papua, Rabu.

Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty, diketahui baru saja kembali dari Papua ke Jakarta untuk satu keperluan. Sementara Indonesia telah memanggil pulang Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Kesoema, dari posnya di Canberra.

Penyadapan badan intelijen Australia kepada Indonesia itu tindakan tidak terpuji dan mencederai hubungan kedua negara. "Tindakan itu tidak bersahabat dan tidak bermartabat, tidak menunjukkan sikap dan itikad baik sebagai negara tetangga yang punya hubungan diplomatik," kata Udam.

Penyadapan itu, kata dia, "Menunjukkan Australia menerapkan sistem ganda. Berwajah dua, dengan datang ke Indonesia tawarkan kerjasama di sejumlah bidang termasuk di Papua, tapi kenyataannya punya visi-misi yang bertolak belakang."

Rekannya, Ketua Badko HMI Papua dan Papua Barat, Sudin Rettob, menegaskan, pemerintah Indonesia harus lebih tegas lagi. 

"Jika tidak, usir saja duta besar Australia di Jakarta sebagai bentuk sikap protes kita. Indonesia bangsa besar, bermartabat, dan mempunyai harga diri. Tetapi jika ini telah dirusak negara tetangga seperti Australia, saya kira tidak perlu dikasih hati," katanya.

Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013