Mudah-mudahan hal ini tidak terjadi di Indonesia, tetapi kasus di negara kita memang terus naik dan belum terlalu jelas kapan akan sampai puncaknya
Jakarta (ANTARA) - Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menyarankan otoritas kesehatan di Indonesia untuk mengadopsi strategi penanggulangan dengue yang diterapkan WHO Pan American Health Organization (PAHO).

"Selain di negara kita, maka beberapa negara di Benua Amerika juga mengalami peningkatan kasus dengue. Datanya tiga kali lipat lebih tinggi daripada periode yang sama di tahun 2023," kata Tjandra Yoga Aditama saat dikonfirmasi di Jakarta, Senin.

Tjandra menambahkan, WHO PAHO bahkan memberi peringatan bahwa tahun ini mungkin menjadi tahun terburuk untuk dengue di Benua Amerika sepanjang sejarah.

"Mudah-mudahan hal ini tidak terjadi di Indonesia, tetapi kasus di negara kita memang terus naik dan belum terlalu jelas kapan akan sampai puncaknya," katanya.

Tjandra yang juga Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) itu mengemukakan, sejumlah hal yang dilakukan di Benua Amerika, yang mungkin dapat dipertimbangkan juga di Indonesia.

Pertama, kata Tjandra, adalah kejelasan dan memastikan serotipe virus dengue mana yang sedang bersirkulasi dan menyebabkan penyakit.

"Kita tahu ada empat serotipe virus dengue, dan akan baik kalau ada informasi yang jelas pula di negara kita tentang serotipe mana yang beredar di daerah yang mana," katanya.

Menurut informasi WHO yang terbit pada Maret 2023, dengue adalah infeksi virus DENV yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Ada empat tipe virus dengue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

Hal kedua yang dilakukan di Benua Amerika adalah melakukan intensifikasi untuk menghilangkan tempat nyamuk berkembang biak.

"Ini harus diikuti dengan upaya ke tiga yaitu perlindungan terhadap gigitan nyamuk. Misalnya dengan baju tangan panjang atau penggunaan cairan pelindung tertentu," katanya.

Upaya ke empat, kata Tjandra, adalah kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendiagnosis sedini mungkin dan memberi penanganan klinik pada waktu yang tepat.

"Di benua Amerika target angka kematian akibat dengue adalah di bawah 0,05 persen, angka yang amat rendah yang baik kalau dijadikan target juga di negara kita," katanya.

Upaya ke lima yang dilakukan di benua Amerika adalah memberi penyuluhan ke masyarakat setempat secara terus menerus tentang berbagai gejala dengue dan kapan waktu yang tepat segera meminta pertolongan medis.

"Marilah kita waspada dan apa yang dilakukan WHO PAHO di Benua Amerika dapat juga kita lakukan di tanah air," katanya.

Tjandra yang juga Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI itu mengatakan, negara di Amerika seperti Puerto Rico sudah menyatakan situasi dengue sebagai darurat kesehatan masyarakat, karena kasusnya meningkat 140 persen dari periode yang sama tahun lalu.

"Untuk negara kita, pernah dilaporkan bahwa kasus Januari sampai Maret 2024 meningkat hingga tiga kali lipat," katanya.

Dikatakan Tjandra, status Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue di Indonesia tergantung pada penentu kebijakan publik berdasarkan pada data-data akurat yang tersedia.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024