Tim reaksi cepat kami masih bergerak melakukan pemantauan dan membantu warga di lapangan. Kita doakan saja semoga genangan segera surut
Sampit (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah membantu dan mengevakuasi warga hingga kendaraan yang terdampak banjir di Sampit akibat hujan deras yang mengguyur sejak Minggu malam hingga Senin pagi.

“Karena adanya banjir akibat hujan, sejak pagi kami membantu masyarakat, mulai dari orang tua, orang sakit, anak-anak, terutama warga yang ingin berangkat bekerja beserta motornya,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam melalui Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kotim Agus Mulyadi di Sampit, Senin.

Ia menjelaskan, pada Minggu (28/4) pukul 22:00 WIB hingga Senin (29/4) 05:00 WIB telah terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang mengakibatkan banjir genangan di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Baamang, dan Mentaya Hilir Utara.

Baca juga: Pulau Seribu rampungkan perbaikan bak kontrol air di Pulau Pramuka

Berdasarkan informasi dari BMKG setempat, hasil analisis cuaca sementara menunjukkan terbentuknya konvergensi atau pertemuan massa udara dan sherline atau belokan angin di sekitar wilayah Kalteng pada lapisan 850 mb yang berpotensi menyebabkan penumpukan massa udara dan terbentuknya awan-awan konvektif atau hujan di sekitar wilayah tersebut.

Sementara kelembaban udara pada lapisan 850-500 mb di wilayah Kotim sangat tinggi, berkisar 80-100 persen. Kondisi demikian yang mempengaruhi intensitas curah hujan di Kotim.

“Sehubungan dengan itu, kami telah melakukan pemantauan di sekitar wilayah Kota Sampit, meliputi Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan Baamang. Sejumlah ruas jalan terendam dengan rata-rata 15-40 cm dari permukaan jalan, bahkan ada yang sampai 60 cm,” lanjutnya.

Sejumlah ruas jalan yang tergenang di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang antara lain, Jalan Teratai IV sampai V, Kompleks Graha Pramuka, Jalan Pelita, Jalan Panjaitan, Jalan Soeprapto, Jalan Anang Santawi, Jalan Sampoerna, Jalan Kopi Selatan dan Utara, Jalan Jenderal Sudirman Km 3 Lingkar Selatan, Jalan Anggur III dan Jalan Madiun Ngawi.

Kemudian, banjir genangan di Kecamatan Baamang meliputi Jalan Walter Condrat, Jalan Sarigading darat, Jalan Christopel Mihing, Jalan Ki Hajar Dewantara, Gang Guntur dan Gang Firdaus. Sedangkan, untuk Kecamatan Mentaya Hilir Utara berdasarkan laporan aparat setempat banjir menggenangi lingkungan SDN 1 Ramban dan Desa Bagendang Tengah.

Data sementara, genangan paling parah terjadi di sekitar Jalan Teratai IV dengan kedalaman 10-60 cm dengan jumlah warga yang terdampak ada 125 KK dari keterangan Ketua RT setempat.

Banjir juga menggenangi sejumlah fasilitas umum, seperti sekolah, rumah ibadah, dan lain-lain. Salah satunya, Pondok Pesantren Datuk Aitam yang membuat kegiatan belajar mengajar terpaksa dipindahkan ke masjid setempat.

Baca juga: Trenggalek kebut pemulihan infrastruktur pascabanjir bandang Munjungan

“Tim reaksi cepat kami masih bergerak melakukan pemantauan dan membantu warga di lapangan. Kita doakan saja semoga genangan segera surut,” pungkasnya.

Disamping faktor cuaca, banjir yang menggenangi sebagian wilayah Kota Sampit diduga juga disebabkan saluran drainase yang belum maksimal. Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, Bina Konstruksi, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DSDABMBKPRKP) Kotim Mentana Dhinar Tistama menyampaikan permohonan maaf.

“Kami selaku OPD teknis memohon maaf sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan ini, disamping faktor alam, kami menyadari upaya teknis yang kami lakukan belum maksimal karena belum semua ring drain, baik luar maupun dalam, dinormalisasi,” ucapnya.

Mentana menambahkan, saat ini proses normalisasi sungai maupun drainase masih berlanjut. Pada Sabtu lalu, ekskavator amfibi yang dioperasikan pihaknya telah menuntaskan normalisasi Sungai Baamang dan dilanjutkan ke wilayah Kecamatan Mentawa Baru Ketapang.

Secara bersamaan, ekskavator long arm juga dioperasikan untuk normalisasi Sungai Mentawa. Dalam hal ini pemerintah daerah tengah berupaya untuk mewujudkan sistem drainase yang baik di Kota Sampit.

Namun, yang turut menjadi sorotan pihaknya adalah masih banyak drainase di kawasan permukiman yang tidak berfungsi maksimal dan hal ini menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi semua pihak.

Masyarakat diharapkan turut menjaga kebersihan lingkungan, khususnya drainase di wilayah masing-masing agar aliran air lancar.

“Kami juga mengharapkan kolaborasi dan partisipasi dari masyarakat dan stakeholders terkait untuk bersama-sama menjaga dan memelihara drainase kita, khususnya di permukiman,” demikian Mentaya.

Baca juga: Usai gempa Garut BMKG waspadai potensi longsor dan banjir bandang

Pewarta: Muhammad Arif Hidayat/Devita Maulina
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024