Wahana Chang'e-6 meluncur di tengah guyuran hujan deras, sehingga membatasi mata masyarakat maupun jurnalis yang berkerumun di Wenchang Space Launch Center sejak siang hari.
Misi Chang'e 6 bertugas untuk mengumpulkan sebanyak dua kilogram sampel batuan dari sisi jauh bulan, tempat manusia belum pernah mengambil sampel apapun dengan harapan dapat menyingkapkan sejarah tata Surya, aktivitas vulkanik di sisi jauh bulan hingga evolusi geologis bulan.
Menurut rencana Chang'e-6 akan mendarat di lokasi yang disebut South Pole Aitken Basin yaitu kawah berdiameter sekitar 2.400 kilometer di sisi jauh bulan yang merupakan kawah tertua (diperkirakan berusia sekitar empat miliar) sekaligus kawah terbesar yang diketahui manusia di bulan.
Pengumpulan sampel dilakukan dengan pengeboran dan ekstraksi permukaan serta mengambil struktur dangkal di permukaan bulan, komponen material dan pemetaan topografi bulan.
Karena lokasi pendaratan akan dilakukan di sisi jauh bulan, tidak dimungkinkan untuk berkomunikasi langsung dengan stasiun darat di bumi, sehingga dukungan komunikasi relai diberikan dari satelit Queqiao-2.
Misi Chang'e-6 terdiri dari wahana pengorbit (orbiter), wahana pendarat (lander), wahana pendaki (ascender) dan wahana untuk kembali ke bumi (reentry module). Chang'e-6 juga dilengkapi dengan kamera pendaratan, kamera panorama, penganalisis spektrum mineral, detektor struktur tanah bulan dan sistem tampilan bendera nasional.
Chang'e-6 juga akan membawa empat detektor radon dari Prancis sebagai muatan internasional untuk melakukan deteksi isotop radon di permukaan bulan guna mempelajari transmisi zat yang mudah menguap di lingkungan bulan yang merupakan kesepakatan dengan Badan Antariksa Eropa (ESA).
Selain itu, misi Chang'e-6 dibantu Badan Antariksa Pakistan melalui satelitnya untuk melakukan pencitraan di orbit dan memvalidasi teknologi eksplorasi satelit nano yang mengorbit di bulan.
Total waktu pelaksanaan misi Chang'e-6 adalah selama 53 hari dengan durasi pengambilan sampel di sisi jauh bulan "hanyalah" 14 jam karena keterbatasan waktu komunikasi radio di sisi jauh bulan.
Dibandingkan dengan misi Chang'e 5 yang mengambil bebatuan dan "tanah" dari sisi dekat bulan, maka misi Chang'e-6 mengadopsi teknologi baru seperti desain orbit retrograde bulan dan pengontrol lepas landas dan pendakian cepat untuk mengambil sampel bulan dalam waktu singkat.
Kerja sama internasional yang lebih luas juga dilakukan dengan dukungan satelit Queqiao-2 dan bila misi Chang'e-6 berhasil membawa sampel dari sisi jauh bulan maka diharapkan dapat memperluas pemahaman manusia tentang bulan dan bahkan tata surya.
Misi Chang'e yang mengambil nama dari dewi bulan mitologi China, sudah dimulai sejak 2007. Pada 2013, China menjadi negara pertama yang dapat mendaratkan robot di bulan setelah 40 tahun pendaratan terakhir di bulan. Pada 2022, China pun meluncurkan stasiun antariksa pertamanya di bulan bernama Tiangong.
Dengan kerumitan misi Chang'e-6, China bekerja sama dengan stasiun antariksa dari berbagai negara seperti Prancis, Italia, Pakistan hingga the European Space Agency (ESA).
China juga masih akan melanjutkan misi Chang'e-7 untuk mengeksplorasi kutub selatan bulan dan mencari sumber air di bulan dengan rencana diluncurkan pada 2026 sedangkan misi Chang'e-8 akan diluncurkan pada 2028.
Kemudian melanjutkan misi Chang'e-7 untuk membangun mode dasar stasiun penelitian di kutub selatan bulan termasuk mendirikan berbagai instrument eksplorasi seperti wahana pengorbit (orbiter), wahana pendarat (lander), wahana penjelajah (rover), dan wahana terbang mini (mini-flying probe).
Baca juga: Ilmuwan China ungkap misi Chang'e-7 yang akan selidiki es air di Bulan
Baca juga: China agendakan 60 peluncuran ke luar angkasa selama 2023
Baca juga: Sampel Chang'e-5 ungkap bagaimana vulkanisme terjadi di Bulan
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024