Indonesia itu pengguna terbesar tapi belum punya industri keamanan yang cukup,"
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Polri Jenderal Pol Sutarman mengungkapkan Indonesia masih belum mempunyai industri pertahanan yang mumpuni dalam membantu tugas penegak hukum menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

"Indonesia itu pengguna terbesar tapi belum punya industri keamanan yang cukup," kata Sutarman dalam pembukaan pameran bidang industri kepolisian dan keamanan internal negara se Asia Pasifik Aspacpol Expo & Forum 2013 di Jakarta, Rabu.

Meski menurutnya saat ini ada PT Pindad sebagai penyedia sarana dan prasarana, tapi kebutuhan alat-alat pertahanan nasional masih sangat kurang, terutama jika dilihat dari fungsinya mengatasi kejahatan transnasional, hingga masuknya senjata ilegal dan narkoba.

Selain itu, Indonesia yang secara geografis dikelilingi cincin api (ring of fire) juga membutuhkan sarana dan prasarana yang menunjang untuk penanggulangan bencana.

"Wilayah kita dikelilingi cincin api sehingga sering terjadi tsunami seperti di Aceh, gempa bumi di Sumatera Barat. Oleh karenanya butuh alat yang tepat untuk amankan orang," katanya.

Ia mengatakan pada era demokrasi seperti saat ini di mana masyarakat diberi kebebasan berpendapat, ada potensi gangguan kamtibmas yang kerap terjadi.

Di sisi lain, pengamanan yang dilakukan kepolisian seringkali justru berakibat fatal dan melukai pengunjuk rasa.

"Sekarang kami tidak boleh memakai peluru tajam dalam pengamanan, karena itulah saya butuh penembak elektrik yang tidak menyebabkan luka. Pengunjuk rasa hanya pingsan untuk kemudian bisa diamankan sehingga tindakan pengunjuk rasa tidak menimbulkan dampak fatal," katanya.

Begitu pula soal penanganan aksi terorisme. Anggota Polri yang kini menjadi target aksi terorisme seharusnya bisa dipersenjatai dengan alat-alat yang mumpuni, katanya.

"Empat personel saya kemarin ditembak. Saya perlu proteksi, biar kalau suatu saat diserang bisa membela diri," ujarnya.

Oleh karena itu, diharapkan dengan pameran alat-alat pertahanan dari sekitar 179 peserta dari berbagai negara itu bisa mendorong industri pertahanan dalam negeri.

Diharapkan pula akan muncul teknologi baru yang diciptakan sesuai dengan kebutuhan pengguna, yang salah satunya adalah Mabes Polri.

Pameran yang berlangsung 11-13 Desember 2013 itu tak hanya memamerkan alat pertahanan tetapi juga pelbagai jenis alat penunjang bencana alam dan kebakaran.

Pameran yang mengusung tema "Sinergitas Kemitraan yang Terpadu untuk Keamanan Dalam Negeri dan Kepolisian" itu merupakan kali kedua digelar di Indonesia.

Sebanyak 15 negara yang ikut berpartisipasi di antaranya Inggris, Amerika Serikat, Prancis, China, Belarusia, Turki, Uni Emirat Arab, Malaysia, Taiwan, dan Korea Selatan.

(A062/N002)

Pewarta: Ade Irma
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013