Jakarta (ANTARA) - Komposisi "Strauss in Tapanuli", yang digubah oleh komposer Indonesia Fero Aldiansya merupakan perpaduan musik Austria, "Waltz" karya Johann Strauss dengan lagu daerah Tapanuli, "Lissoi".

Duta Budaya (Cultural Ambassador) Austria di Indonesia, Avip Priatna, saat konferensi pers di Jakarta Concert Hall terkait konser bertajuk "Symphonie der Freundschaft", Rabu mengatakan perpaduan keduanya sengaja ditampilkan khusus malam ini sebagai wujud persahabatan antara Indonesia dengan Austria yang terjalin sudah mencapai 70 tahun pada 2024.

"Saya berusaha untuk mencari, antara Austria dengan Indonesia itu apa yang bisa melengkapi. Akhirnya saya minta khusus untuk konser malam ini, saya minta komposer Fero Aldiansya untuk menulis satu karya yang merupakan perkawinan antara Johann Strauss dan karya terbaik Indonesia untuk menjadi salah satu yang ditampilkan malam ini," kata Avip.

Baca juga: Kemlu: Aransemen musik klasik bikin unik gubahan lagu daerah

Baca juga: Konser musik klasik digelar untuk rayakan 70 tahun hubungan RI-Austria


Artinya, Avip memastikan bahwa pertunjukan malam itu bisa dicatat sebagai penampilan Fero yang pertama membawakan "Strauss in Tapanuli" di Jakarta, dan mungkin di dunia.

Tujuannya agar menambah khasanah bermusik masyarakat Indonesia, khususnya bagi para penyuka musik klasik.

"Waltz dikawinkan dengan Lissoi, Fero kasih nama Strauss in Tapanuli. Jadi itu perpaduan, mengambil melodi dari Waltz-nya Strauss dan Lissoi," kata Avip.

Menjadi yang pertama mendengarnya, tentu merupakan kesempatan yang sangat berharga. Avip berharap kesempatan itu bisa memuaskan dahaga para penyuka musik klasik dan orkestra di Indonesia.

Selain Strauss in Tapanuli dari Fero Aldiansya, malam itu juga ditampilkan medley tiga gubahan lagu daerah dalam versi musik klasik bertajuk Suara Khatulistiwa.

Avip mengatakan tiga lagu daerah tersebut menjadi representasi Indonesia bagian Barat, Tengah, dan Timur, yaitu Kampuang Nan Jauh di Mato (Sumatera Barat), Padang Bulan (Jawa Tengah), dan Waktu Hujan Sore-Sore (Maluku) yang ditulis dengan variasi untuk permainan violin.

Pemain violin muda berbakat asal Austria Julian Walder akan diundang untuk bergabung dalam penampilan Suara Khatulistiwa yang ditulis oleh Fafan Isfandiar.

Baca juga: Ekosistem paduan suara Indonesia mulai terbangun

Baca juga: "Konser Akbar Monas" kembali undang warga Jakarta nikmati musik klasik

Baca juga: Orkestra G20: Warisan Indonesia untuk sejarah musik klasik dunia

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024