Ini bukan pertama kalinya militer Rusia dan China bertugas secara berdampingan dalam situasi krisis...
Moskow (ANTARA News) - Rusia dan China bertugas untuk memastikan keamanan senjata kimia Suriah yang mulai dibawa ke luar dari negara itu, kata diplomat senior Rusia, Rabu.

"Kami kini akan memastikan bahwa senjata kimia tersebut langsung menuju ke kapal peti kemas milik Belanda dan Norwegia dan aman selama dibawa dari perairan Suriah," kata Kepala Departemen Perlucutan Senjata Kemenlu Rusia, Mikhail Ulvanov, kepada RIA Novosti.

"Dengan kata lain, kami akan mengawal proses perlucutan senjata kimia itu," kata Ulvanov.

Namun, Ulvanov mengatakan bahwa Rusia tidak akan melakukannya sendirian, melainkan dengan bantuan dari China.

"Ini bukan pertama kalinya militer Rusia dan China bertugas secara berdampingan dalam situasi krisis, bukan hanya dalam latihan," katanya.

Operasi perlucutan dan pemusnahan sebanyak lebih dari 1.000 metrik ton senjata kimia milik pemerintah Suriah akan berlangsung selama dua tahapan.

Senjata yang paling berbahaya akan dibawa keluar Suriah pada akhir Desember dan dimusnahkan di tengah laut pada April. Sementara sisanya dijadwalkan untuk dimusnahkan pada pertengahan tahun 2014.

Rusia merupakan salah satu negara yang turut membantu upaya perlucutan tersebut. Pekan lalu, Moskow mengerahkan 75 kendaraan ke Suriah untuk membawa bahan berbahaya tersebut.

Rusia juga akan menyumbang dana sebesar 2 juta dolar, yang akan segera ditransfer ke rekening PBB, guna membiayai operasi internasional tersebut.

Perserikatan Bangsa Bangsa akan menyediakan kapal angkatan laut yang akan menetralkan bahan kimia tersebut di perairan internasional, bersamaan dengan 3.000 drum peti kemas dan GPS yang akan memantau pergerakan senjata kimia tersebut. Mereka juga akan menyediakan perlengkapan transportasi, dekontaminasi serta pemuatan.

Denmark dan Norwegia akan menyediakan kapal dan pengawalan militer ketika bahan kimia tersebut melintas di perairan Suriah dan fasilitas komersial. Finlandia secara sukarela menawarkan kemampuan "tanggap darurat" bahan kimia mereka, sementara Italia menawarkan akses transit bagi bahan kimia tersebut dari kapal Denmark dan Norwegia ke kapal Amerika Serikat.

Senjata kimia telah digunakan setidaknya sebanyak lima kali selama konflik Suriah, yang menyebabkan tewasnya warga sipil, termasuk anak-anak, berdasarkan laporan yang diungkapkan PBB pada awal Desember.

(P012/M014)

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013