Untuk itu, tidak ada kata lain aparat intelijen dan keamanan harus mengefektifkan upaya deteksi dini dan pencegahan awal potensi-potensi terorisme,"
Semarang (ANTARA News) - Anggota Komisi I DPR RI Tjahjo Kumolo mengemukakan jaringan-jaringan baru teroris muda di Indonesia menunjukkan gelagat pengaderan yang sistematis dan terpola sehingga aparat intelijen dan keamanan harus mengefektifkan upaya deteksi dini pencegahan awal potensi-potensi terorisme.

"Untuk itu, tidak ada kata lain aparat intelijen dan keamanan harus mengefektifkan upaya deteksi dini dan pencegahan awal potensi-potensi terorisme," kata Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan itu melalui pesan singkatnya kepada Antara di Semarang, Rabu malam.

Di samping itu, kata Tjahjo, melakukan secara detail pemetaan jaringan dan aksi-aksi kelompok radikal atau terorisme dan mengantisipasi aksi-aksi kelompok radikal baru yang berpotensi mengganggu keamanan dan stabilitas nasional.

"Saya yakin aparat intelijen, khususnya Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror sudah mengantisipasi serta melakukan updating (memperbarui) peta masalah dengan pembentukan dan pemetaan jaringan pada kelompok-kelompok radikal yang memiliki akses pada jaringan terorisme," katanya ketika merespons tertangkapnya jaringan teroris di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.

Anggota Komisi I (Bidang Intelijen) DPR itu lantas mengapresiasi kerja keras tanpa lelah dari Densus 88 Antiteror dan tentunya dengan dukungan operasi intelijen terpadu deteksi dini, khususnya operasi intelijen penanggulangan terorisme yang terkait dengan gerakan radikal dan terorisme di Indonesia.

Tahap-tahap Densus 88 mendeteksi atau menangkap jaringan-jaringan teroris di beberapa kota, kata Tjahjo, menunjukkan gelagat perlunya kerja keras pihak aparat keamanan dan intelijen yang berpacu dengan meluasnya jaringan-jaringan baru teroris muda di Indonesia.

"Pola gerakan tetap harus dicermati pada wilayah-wilayah pinggiran Ibu Kota dan daerah/kota-kota yang berpotensi strategis terhadap ancaman tersebut," kata calon tetap anggota DPR RI periode 2014--2019 dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah I itu.

Yang utama, menurut Tjahjo, adalah melakukan monitoring dan koordinasi tidak hanya pada jajaran aparat dan intelijen terpadu, tetapi juga harus melakukan penggalangan pada tokoh-tokoh masyarakat di berbagai elemen, khususnya jaringan narkoba, jaringan penyelundupan, dan penjualan senjata gelap serta harus mampu memonitoring pengamanan jaringan frekuensi radio maupun jaringan kabel.

"Saya yakin hal-hal tersebut sudah diantisipasi dengan operasi intelijen terpadu untuk melakukan monitoring dan penjejakan taktis dan strategis," kata alumnus Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu.

Pemerintah, lanjut Tjahjo, harus memberikan perhatian penuh tehadap berbagai akses dan pendanaan terhadap tugas operasional intelijen dalam dan luar negeri serta memperbanyak satuan-satuan intelijen, Densus 88, pasukan terpadu antiteroris, khususnya mengefektifkan pola gerakan antisipasi melawan teror kota yang dapat memicu keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).(*)

Pewarta: D.Dj. Kliwantoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014