Beijing (ANTARA) - Saat senja tiba, Laurent Maur dan grup musiknya memulai pertunjukan mereka, membius penonton dengan alunan musik jazz nan anggun yang terangkai melalui irama drum serta jalinan melodi harmonika dan seruling, melenyapkan kepenatan musim panas.

Penampilan Maur, seorang pemain harmonika asal Prancis, menandai dimulainya Taihu Jazz Festival 2024, sebuah acara selama lima hari yang resmi dibuka pada Rabu (22/5) di Taihu Stage Art Center, cabang dari National Centre for the Performing Arts (NCPA) China di Beijing. Festival musik itu menyambut lebih dari 200 musisi jazz dari dalam dan luar China.

Liu Mingxin, seorang warga Beijing yang juga penggemar jazz, bergegas mengunjungi festival jazz di Distrik Tongzhou tersebut bersama kawannya sepulang dari bekerja.

"Kami sering menonton konser dan festival musik bersama. Jazz membuat saya merasa rileks dan saya benar-benar dapat merasakan musiknya," kata Liu Mingxin, wanita berusia 30 tahun.

Selama penampilannya, Maur memukau para penonton dengan lagu-lagu jazz ciptaannya yang bertemakan persahabatan China-Prancis. "

Musik memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menghubungkan orang-orang dari berbagai negara, dan saya yakin musik juga memainkan peran yang sangat penting dalam pertukaran budaya antara China dan Prancis," kata Maur.

Maur memiliki kecintaan yang mendalam terhadap China. Sejak 2010, dia telah melakukan banyak perjalanan ke sana, termasuk tur pertunjukan selama 28 hari di 24 kota.

"Saat kami tampil di China, para penonton sangat antusias dan benar-benar menghayatinya," ujar Maur.

Pertama digelar pada 2021, Taihu Jazz Festival kini telah berlangsung selama empat tahun. Li Xiaochuan, pemain trompet jazz kondang dari China, merupakan salah satu penampil reguler. Tahun ini, Li menyuguhkan berbagai musik orisinal yang dipadukan dengan unsur China.

Dibandingkan dengan genre musik lainnya, jazz tampaknya menjangkau kelompok penikmat musik yang lebih spesifik. Menurut Li, jazz muncul di Shanghai pada 1920-an dan 1930-an, kemudian mengalami masa jayanya di Beijing pada 1990-an. Saat ini, jazz juga telah meraih popularitas di berbagai kota di China seperti Guangzhou, Shenzhen, Xi'an, dan Chongqing.
 
 Pemain harmonika asal Prancis Laurent Maur saat tampil di Taihu Jazz Festival 2024 di Beijing, ibu kota China, pada 22 Mei 2024. (ANTARA/Xinhua/Chen Zhonghao)


 "Jazz adalah bahasa universal yang inklusif, dan di China, musik ini menjangkau khalayak umum," kata Li, seraya menambahkan bahwa kebangkitan festival dan klub jazz, serta pendidikan musik jazz, telah mempromosikan musik jazz di negara itu

Setelah tampil di dalam dan luar negeri, Li (42) menemukan bahwa dibandingkan dengan penonton di luar negeri, penonton di China berasal dari kalangan usia yang lebih muda dan memiliki keingintahuan yang lebih besar tentang jazz sehingga memberikan dorongan positif bagi industri tersebut.

"Saya perhatikan di China banyak anak muda yang datang ke pertunjukan jazz, dan itu sangat bagus," ujar Balazs Bagyi, pemain drum jazz asal Hongaria, yang juga diundang untuk tampil di festival jazz tahun ini.

"Di Eropa Barat dan Amerika Utara, penikmat jazz semakin tua, namun, di sini, di China, kami memiliki penikmat baru. Beberapa orang berpikir bahwa musik jazz adalah untuk telinga yang terlatih, namun, menurut saya musik jazz adalah untuk hati yang terbuka dan pikiran yang terbuka," kata Bagyi.

Menurut Wakil Presiden NCPA Guan Jianbo, untuk menjadikan jazz lebih mudah diakses oleh publik, festival jazz tahun ini telah menyiapkan tiga panggung afiliasi gratis untuk pengunjung, mengundang lebih dari 40 grup musik jazz muda untuk tampil.

Jin Zhilin, seorang mahasiswa jurusan vokal jazz di Akademi Musik Kontemporer Beijing, tahun lalu membentuk sebuah grup musik jazz bersama rekan-rekannya, dan mereka telah menyiapkan delapan lagu untuk ditampilkan dalam festival jazz tersebut.

"Ini pertama kalinya kami berpartisipasi dalam festival jazz. Saya rasa ini kesempatan bagus untuk membuat lebih banyak orang tahu tentang jazz dan juga grup musik kami, dan kami sangat menghargai panggung ini," tutur Jin.

Tinggal di dekat daerah Taihu, Chen Jianlin dan istrinya datang untuk menikmati penampilan grup musik jazz muda sambil berjalan-jalan santai di sekitar lokasi acara.

"Festival musik ini memperkaya kehidupan sehari-hari kami, dan saya menantikan lebih banyak kegiatan seperti ini," ujar Chen yang berusia 39 tahun tersebut.

"Bagi penonton, jazz bukan hanya sebuah genre musik, tetapi juga mencerminkan gaya hidup," ujar lektor kepala di National Academy of Chinese Theatre Arts (NACTA), Hu Na.

Menurut dia, perkembangan jazz di China tidak terlepas dari beragamnya kebutuhan pasar musik dan kelompok penikmatnya di China, serta upaya pemerintah China untuk mendorong lingkungan yang terbuka dan inklusif bagi pertukaran budaya.

Menurut data dari Asosiasi Seni Pertunjukan China (China Association of Performing Arts/CAPA), jumlah konser dan festival musik berskala besar dan menengah (dengan lebih dari 2.000 penonton) di seluruh China mencapai 5.600 pada 2023, naik 100,36 persen dibandingkan pada 2019. Dengan demikian, jumlah total penonton mencapai hampir 35,52 juta, melonjak 208,5 persen dari jumlahnya pada 2019. 

Penerjemah: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024