Labuan Bajo (ANTARA) - Badan Penyelenggara Pariwisata Labuan Bajo Flores (BPOLBF) menggelar web seminar (webinar) bertajuk Potensi dan Strategi Pengembangan Wisata Religi Katolik di Pulau Flores untuk menjawab peluang dan tantangan pengembangan pariwisata religi Katolik di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
 
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama BPOLBF Frans Teguh dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Senin, mengatakan pengembangan pariwisata religi Katolik di Pulau Flores terus digalakkan dan menjadi salah satu perhatian khusus dari seluruh stakeholder, mengingat pariwisata religi Pulau Flores berpotensi meningkatkan jumlah kunjungan, membantu penyebaran wisatawan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di Pulau Flores yang dikenal sebagai pulau yang memiliki populasi umat Katolik terbesar di Indonesia
 
"Populasi umat Katolik di Pulau Flores sebesar 3,07 persen dari total 8,6 juta jumlah penganut Katolik di Indonesia," katanya.
 
Dalam webinar itu Frans Teguh menyampaikan tantangan pihak gereja Katolik dan stakeholder lainnya mengembangka semua potensi pariwisata religi Katolik yang ada di Pulau Flores adalah memperkuat diversifikasi atau pembeda daya tarik antara satu destinasi dengan destinasi religi lainnya melalui pelibatan aspek lainnya.
 
Salah satu diversifikasi destinasi, lanjut dia, adalah memperkuat aspek dan kekhasan masing-masing daerah, sehingga dapat memperkaya pengalaman spiritual yang diperoleh pengunjung maupun wisatawan.
 
"Diversifikasi atau perbedaan pemberian pengalaman yang berkualitas pada wisatawan tersebut dapat dilakukan dengan memperkuat sisi budaya, kelokalan, dan menunjukkan kearifan-kearifan lokal setempat," katanya.
 
Frans menekankan semakin kuat sisi budaya, kelokalan, dan kearifan lokal setempat akan berdampak pada pengalaman wisatawan yang lebih berkesan dan berkualitas.
 
"Pariwisata yang berkualitas tidak selalu tentang kemewahan," katanya.
 
Sementara itu Uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat mengungkapkan pariwisata harus dibangun dengan akar kebudayaan lokal dan spiritualitas setempat.
 
Menurutnya pariwisata sejatinya adalah ziarah mengendus jejak Allah dalam suka cita perjumpaan insani dan semesta alam.
 
"Karena itu, kami Keuskupan Ruteng telah mendesain dan terus menggerakkan pariwisata holistik di wilayah Bumi Congka Sae (Manggarai: sebutan untuk bumi Manggarai Raya) Flores ini yang berkarakter spiritual," katanya.
 
Ia menjelaskan pengembangan wisata religi di Indonesia dilatarbelakangi sejarah panjang dan erat kaitannya dengan keragaman agama dan budaya yang luas yang ada di Indonesia, yang selain Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, juga terdapat kepercayaan lokal, dimana setiap agama memiliki situs suci dan tradisi ziarah yang berlangsung selama berabad-abad.
 
Ia menambahkan seiring dengan berkembangnya sektor pariwisata dimana pada tahun 2016 lalu telah ditetapkan sebagai sektor unggulan bangsa, perjalanan ziarah religi keagamaan pun menjadi salah satu potensi pertumbuhan ekonomi yang dibidik pemerintah melalui pengembangan diversifikasi produk pariwisata.
 
Kegiatan ziarah, lanjut dia, mendatangkan para pengunjung yang dinilai sudah pasti berdampak pada bergeraknya sektor jasa seperti okupansi hunian hotel dan homestay, transportasi, kuliner, transaksi dan layanan digital, hingga oleh-oleh menjadikan perjalanan ziarah religi sebagai bentuk aktivitas wisata yang ternyata selain memberi dampak ekonomi juga menjadi kunci merawat budaya dan tradisi keagamaan dalam keindonesiaan.

Baca juga: BPOLBF sebut Famtrip dan Table Top Meeting dorong peningkatan wisman
Baca juga: BPOLBF tekankan pentingnya pengalaman dalam pengembangan wisata religi
Baca juga: Menparekraf sebut kecelakaan kapal wisata tidak boleh terjadi lagi

 

Pewarta: Gecio Viana
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024