Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Indrawati Dewi menilai penerapan fumigasi dalam perawatan museum bukan hanya sekadar merawat gedung dan koleksinya agar semakin banyak memikat pengunjung tetapi juga bentuk apresiasi pada museum beserta benda peninggalan sejarahnya.

"Ada beberapa museum yang berlampu redup sehingga masyarakat menganggap museum tersebut angker dan menyeramkan. Dengan fumigasi, museum lebih segar," kata melalui keterangannya di Jakarta, Selasa.

Senada, Staf Bagian Koleksi dan Reparasi Museum Sejarah Jakarta Khasirun berpendapat perawatan salah satunya dengan fumigasi bermanfaat untuk mensterilkan museum dari ancaman serangga, rayap, dan tikus yang merusak bangunan dan koleksi museum.

"Karena pertumbuhan serangga ini sangat cepat dan dalam waktu singkat bisa jadi jutaan serangga berkembang,” ujarnya.

Museum Sejarah Jakarta, sambung Khasirun, berada tak jauh dari pantai utara Jakarta, membuat kadar air di dalam tanah area berdirinya museum cukup tinggi. Kondisi ini memicu tingkat kelembapan struktur bangunan museum menjadi tinggi sehingga berdampak pada perkembangbiakan serangga dan rayap.

Dia menuturkan petugas melakukan fumigasi pada 24 ruangan yang terdapat di Museum Sejarah Jakarta serta barang-barang di sana seperti lemari, tempat tidur, meja, dan kursi karena rentan digerogoti serangga dan rayap, setidaknya setiap empat tahun sekali.

Baca juga: Tiga museum di Jakarta kembali dibuka, bisa jadi pilihan berlibur

Lalu, untuk koleksi seperti lukisan yang dinilai rentan ikut terkena zat kimia, maka bisa dibungkus dengan menggunakan plastik khusus.

“Idealnya, fumigasi dilakukan setiap tahun. Karena, pertumbuhan bakteri dan rayap cepat sekali. Kalau dibiarkan, kerugiannya justru bisa lebih besar lagi. Karena, ini menyangkut cagar budaya dan barang bersejarah,” tutur Khasirun.

Di sisi lain, berbicara kondisi museum di Jakarta, pendiri Komunitas Sahabat Museum Ade Purnama berpendapat, satu hal yang paling disoroti yakni aspek kebersihan. Menurut Ade, kondisi toilet di sejumlah museum cukup memprihatinkan sehingga perlu menjadi perhatian.

“Hal itu tentu sangat berpengaruh pada citra museum tersebut. Karena, citra museum dinilai secara keseluruhan,” demikian kata dia yang membentuk Komunitas Sahabat Museum sejak 2002 itu.

Baca juga: Museum Batik jadi pilihan wisata selama libur Lebaran di Jakarta

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2024