Baghdad (ANTARA News) - Serangkaian ledakan bom mobil di Baghdad menewaskan sedikitnya 21 orang, Senin, kata polisi, dalam kekerasan yang bertepatan waktunya dengan kunjungan Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon ke ibu kota Irak tersebut.

Serangan paling mematikan terjadi di daerah Shaab yang berpenduduk mayoritas Syiah di Baghdad timur, dimana sebuah ledakan bom mobil di kawasan komersial menewaskan 11 orang dan mencederai 28 lain.

Meski belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, pemboman tersebut tampaknya merupakan bagian dari upaya terus-menerus militan terkait Al Qaida untuk merongrong pemerintah dominasi Syiah yang dipimpin Perdana Menteri Nuri al-Maliki.

Polisi mengatakan, orang-orang bersenjata juga menyerang sebuah pos pemeriksaan di Baghdad selatan, menewaskan tiga aparat kepolisian dan melukai empat orang.

Tahun lalu merupakan masa paling mematikan di Irak sejak 2008 dimana hampir 9.000 orang tewas, menurut data PBB.

Ban mengatakan pada jumpa pers setelah perundingan dengan Maliki, ia khawatir atas kekerasan yang terus berlangsung dan mendesak para pemimpin Irak menangani penyebab yang mendasarinya.

Kekerasan di Irak telah mencapai tingkatan yang belum pernah terlihat sejak 2008, ketika negara itu mulai bangkit dari konflik sektarian mematikan pada 2006-2007 yang merenggut puluhan ribu jiwa.

Serangan Senin itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni, demikian Reuters.
(M014)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014