Bogota (ANTARA News) - Serangan bom sepeda-motor yang dituduhkan pada pemberontak Kolombia FARC menewaskan satu orang dan mencederai sedikitnya 25 lain, kata seorang pejabat, Kamis.

Serangan itu terjadi setelah gencatan senjata sepihak yang dilakukan FARC berakhir pada Selasa tengah malam, lapor AFP..

Pemboman itu berlangsung di dekat sebuah kantor pusat pemerintah daerah di kota wilayah barat, Pradera, kata Wali Kota Adolfo Leon kepada stasiun radio RCN, dengan menambahkan bahwa "enam dari 25 korban cedera berada dalam kondisi kritis".

Menurutnya, FARC bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Sepeda-motor itu dipasangi bom dan ditempatkan di depan bangunan itu. Bom kemudian diledakkan, kata Leon.

Rabu, FARC menyatakan telah melaksanakan gencatan senjata sepihak 30 hari dan menepis spekulasi bahwa mereka akan memperpanjang penghentian permusuhan sampai setelah pemilihan umum mendatang.

Gencatan senjata kedua selama sebulan untuk musim liburan akhir tahun itu dimulai pada 15 Desember dan berakhir Selasa tengah malam.

Gencatan senjata FARC sebelumnya, yang berlangsung 60 hari, dimulai sehari setelah perundingan perdamaian dimulai di Havana pada 19 November 2012.

Delegasi pemerintah, yang dipimpin mantan Wakil Presiden Humberto de la Calle, tidak berkomentar mengenai berakhirnya gencatan senjata FARC.

Perundingan antara kedua pihak dimulai lagi Senin setelah penghentian selama tiga pekan.

Selama setahun terakhir, pemerintah Presiden Juan Manuel Santos dan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) melakukan perundingan perdamaian di Kuba dengan tujuan mengakhiri konflik terlama Amerika Latin itu.

Dari lima poin agenda, kedua pihak sejauh ini baru mencapai dua kesepakatan -- reformasi tanah dan keikutsertaan kelompok pemberontak itu dalam politik jika mereka mengakiri perang yang telah berlangsung hampir 50 tahun. Masalah-masalah lain yang diagendakan adalah perdagangan narkoba, ganti-rugi korban perang dan diakhirinya konflik.

FARC untuk pertama kali telah mengakui sebagian tanggung jawab atas pertumpahan darah puluhan tahun, yang mengisyaratkan perubahan berarti dalam sikap mereka karena selama ini kelompok itu tetap mengklaim bahwa anggota-anggotanya menjadi korban penindasan pemerintah.

Pemerintah Kolombia dan FARC memulai dialog di Oslo, ibu kota Norwegia, pada 18 Oktober 2012 yang bertujuan mengakhiri konflik setengah abad yang telah menewaskan ratusan ribu orang. Perundingan itu dilanjutkan sebulan kemudian di Havana, Kuba.

Tiga upaya sebelumnya untuk mengakhiri konflik itu telah gagal.

Babak perundingan terakhir yang diadakan pada 2002 gagal ketika pemerintah Kolombia menyimpulkan bahwa kelompok itu menyatukan diri lagi di sebuah zona demiliterisasi seluas Swiss yang mereka bentuk untuk membantu mencapai perjanjian perdamaian.

Kekerasan masih terus berlangsung meski upaya-upaya perdamaian dilakukan oleh kedua pihak.

FARC, kelompok gerilya kiri terbesar yang masih tersisa di Amerika Latin, diyakini memiliki sekitar 9.200 anggota di kawasan hutan dan pegunungan di Kolombia, menurut perkiraan pemerintah. Kelompok itu memerangi pemerintah Kolombia sejak 1964.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014