Kabul (ANTARA News) - Serangan bom mobil bunuh diri menewaskan dua pekerja kontrak sipil NATO di Kabul, Senin, kata sejumlah pejabat.

Pemboman di dekat penjara utama Pol-e-Charkhi di Kabul timur itu ditujukan pada konvoi pasukan NATO, kata pejabat-pejabat itu seperti dilansir AFP.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO, yang selama 12 tahun ini memerangi Taliban dan gerilyawan lain, tidak menyebutkan kewarganegaraan korban.

Sekitar pukul 14.30 waktu setempat (pukul 17.00 WIB), "seorang penyerang bom bunuh diri yang mengendarai mobil (Toyota) Corolla yang dipasangi peledak menabrakkan kendaraannya itu ke sebuah mobil pasukan asing di daerah Pol-e-Charkhi, Kabul," kata Hashmat Stanekzai, seorang juru bicara kepolisian Kabul.

Serangan itu merupakan yang terakhir di ibu kota Afghanistan tersebut pada tahun terakhir operasi tempur pasukan koalisi.

Minggu, ledakan bom pinggir jalan menghantam sebuah kendaraan militer di Afghanistan baratdaya, menewaskan tujuh prajurit.

Prajurit-prajurit itu sedang bepergian di daerah Dilaram di provinsi Farah ketika kendaraan mereka dihantam ledakan, kata kementerian pertahanan.

Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, namun bom pinggir jalan merupakan senjata pilihan Taliban dalam perang melawan pemerintah Kabul dukungan AS.

Pasukan Afghanistan mengambil peranan yang semakin besar dalam memerangi Taliban ketika pasukan NATO sedang ditarik dari negara itu.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan setelah digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara dikirim ke Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.

Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

NATO bertujuan melatih 350.000 prajurit dan polisi Afghanistan pada akhir 2014 untuk menjamin stabilitas di negara itu, namun tantangan-tantangan tetap menghadang dalam proses peralihan itu.

Desersi, penugasan yang buruk dan semangat rendah termasuk diantara masalah utama yang menyulitkan para komandan NATO dan Afghanistan.

Pada Oktober 2011, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.

(Uu.M014)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014